* "Celeguuk...!"
# "Lalu, apakah gagal posting membuat spirit menulis jadi redup?"
* "Iya, bro...mana enak capek-capek bikin tulisan gak bisa diposting. Emang mau dibaca sendiri?"
# "Trus, banyak tulisan yang hilang begitu saja!"
* Celeguuk....
Tak dipungkiri bahwa prosesi memposting tulisan di Kompasiana merupakan kepuasan tersendiri. Beda kamar dengan nikmatnya proses menulis. Nikmat paripuran didapat ketika tulisan selesai dilanjutkan posting tulisan. Akan jadi sempurna bila dibaca banyak orang. Apalagi bila postingan itu dapat label bergengsi dari admin.
Namun bila kita kembali pada Refleksi Diri, sebenarnya esensinya adalah pada proses penciptaan tulisan. Inilah lingkup sebenarnya untuk melihat spirit menulis pada diri si Penulis. Soal posting dan 'error server' Kompasiana adalah urusan realitas diluar, jadi tak perlu bikin pusing sendiri. Realitas diluar bukan domain utama Refleksi Diri. Perlu juga dipahami bahwa ada banyak lagi realitas diluar yang mengitarinya. Haruskan kita berdiam diri ketika beragam realitas luar itu 'membunuh' spirit menulis?
Kalau kita mau lebih dalam menyimak ruang relfeksi diri maka akan didapatkan rangkaian pencapaian diri yang utuh dalam hal menulis. Dulu, mau menulis saja takut, tidak pede, merasa tidak bisa, ragu, dan segala macam rasa bercampur jadi satu. Ketika mulai menulis, perlu waktu lama, tenaga dan gonjang ganjing emosi untuk menyelesaikan satu tulisan. Hasilnya pun mungkin diam-diam 'bikin ngakak' diri sendiri dan bahkan orang lain.
Seiring berjalannya waktu dan tingginya intensitas menulis maka tak ada lagi ganjalan psikologis. Kepercayaan diri bertambah. Bandingkan saja tulisan awal saat masih belajar dengan tulisan terkini !
Jadi, kenapa Kompasiana sekarang sepi? Semua kembali ke refleksi diri sebagai penulis. Semoga spirit menulis itu tak layu.
....Om, Telolet Om!
-----
Terminal 1A Bandara Soekano-Hatta..
Peb, 22/12/2016
Â
Â
Â