Bagi saya lebih baik punya visi dan misi daripada hanya sibuk selfie, mengkritik mimpi dan kalau ditanya cuma memberi pernyataan normatif yang cenderung terlihat ragu-ragu atau tidak siap. Tanpa program kerja yang jelas dalam tidur sungguh suatu yang aneh, bukan? Saya tak ingin  menistakan keintelektualan saya-yang sudah dikenal humanis dan cemerlang dalam karier sebagai tukang mimpi yang ganteng.
Setiba di bandara tujuan, saya memilih tempat khusus untuk sejenak mempertajam keahlian sebagai ahli isap asap. Sambil menunggu taksi, saya buka Kompasiana. Saya baca artikel Bambang Setiawan (Bamset) bahwa Anunya Nganu. Kejadiannya baru sekitar 1 jam yang lalu.
Tak mau kehilangan momentum, saya balik lihat halaman profil saya. Cilaka dua belas! Anu saya pun Nganu seperti yang dialami Bamset. Saya lihat di halaman profile saya itu telah berubah. Data stastik Kompasiana saya kena ‘Sanering’ sekitar 50 persen. Jumlah label  artikel Pilihan 440-an berubah jadi 255; Headline 105 jadi 58 ; Nilai 16.400-an jadi 12.362; Komentar 16.500-an jadi 12.455; Dibaca 852ribu jadi 546.485.
Melihat ‘Sanering’ itu, saya kesal dan marah. Saya merasa Anu saya dinistakan oleh oknum Errror. Harunsya ini tidak boleh terjadi karena data statistik itu sangat saya banggakan dan puja untuk bekal kampanye jadi admin tahun 2222 dan jadi modal pencitraan saya untuk pencalonan jadi presiden tahun 2224. Data statistik itu adalah simbol kehebatan dan kemuliaan saya sebagai Kompasianer yang Nganu.
Belum sempat saya membanting BlackBerry jadul kesayangan, jemputan taksi sudah muncul. Tadinya saya merencakan penggalangan aksi demo besar-besaran pada bulan November untuk mengembalikan data statistik akun saya, tapi di taksi saya justru keasikan ngobrol dengan supir, seorang bapak tua yang lembut baik hati dan tidak sombong.
Sopit itu adalah pensiunan tentara - seperti saya duga dari gayanya. Ditengah macet jalan, dia cerita banyak tentang kehidupan.
Dengan mobil Avanza hitamnya kini dia mengisi waktu pensiun hari tuanya dengan narik taksi. Tidak ada target pendapatan tertentu. Hidup adalah proses dan pencapaian, tapi hidup juga adalah kenikmatan dan suatu pilihan cara menikmati. Saya belajar banyak dari bapak sopir itu. Saya akhirnya lupa rencana menggalang Demo Error dibulan November.
Sampai di hotel, setelah chek-in dan menempati kamar yang sejuk di lantai 8, saya buka Kompasiana pakai laptp. Mumpung internet gratis. Hari ini tumben saya nulis pakai laptop.
Saya lihat ada inbok dari Admin Kompasiana ditujukan khusus kepada saya. Kompasiana  mengabarkan Anu saya dipilih dari sejumlah Anu Kompasianer untuk Nganu bersama Kompasiana. Saya sangat tersanjung dan merasa terhormat jadi pilihan mereka.
Kemarahan saya hilang. Betul kata bapak sopir tadi, hidup adalah proses dan pencapaian, tapi hidup juga adalah kenikmatan dan suatu pilihan cara menikmatinya.
Saya pikir,biarlah data statistik di halaman profile itu Nganu oleh Error. Semua itu hanya statistik, tidak akan mengurangi Keanuan saya yang sudah dirasakan banyak pembaca Kompasiana. Saya sadar masih dalam proses Nganu.