Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Politik Artis dan Gemerlap Pilkada DKI

19 Oktober 2016   02:03 Diperbarui: 25 Oktober 2016   03:26 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada DKI memang unik, heboh dan spektakuler. Tak cukup politisi nasional dan para mantan presiden serta mantan calon presiden turun tangan, ternyata masih perlu melibatkan artis untuk memenangkan para Cagub jagoan tim pengusung. Dikabarkan tiga pasang Cagub DKI akan memakai artis untuk kampanye.

Pasangan bakal cagub DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni bakal mengerahkan artis-artis yang jadi anggota DPR untuk berkampanye. Mereka adalah Desy Ratnasari, Inggrid Kansil, Oky Asokawati, Arzeti Bilbina, Anang Hermansyah, Primus, Krisnamurti, Lucky Hakim, Jane Salimar, dan Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio). Pasangan cagub Anis-Sandiaga memasang Olla Ramlan, namun bukan sebagai juru bicara. Konsepnya, keberadaan artis hanya untuk mengajak para follower-nya menciptakan peluang usaha dan menjadi pelaku ekonomi kreatif. Pasangan petahana Ahok-Djarot menggunakan jasa Sophia Latjuba.

Artis Kampanye Tanpa Beban Pemenangan?

Keterlibatan artis dalam pesta demokrasi bukan hal baru. Sejak zaman orde baru, kampanye pemilu juga melibatkan artis. Namun kala itu mereka dihadirkan hanya sebagai pelengkap semata, yakni untuk mengibur dan ‘memancing’ massa untuk berbondong-bondong datang ke 'lapangan' kampanye. Massa hadir untuk melihat aksi hiburan si Artis, sementara 'tukang kampanye atau jurkam' dilakukan orang khusus yang sudah disiapkan panitia (tim) kampanye. Sang Artis tampil di sela jeda orasi Jurkam. Bisa jadi si Artis tak terlalu fokus pada isi kampanye, dia lebih mementingkan bagaimana memuaskan rakyat yang datang. Konsep “Sukses” si Artis bukan pada berhasilnya pesan kampanye, karena baginya janji kampanye itu tidak dia nikmati atau lihat di kemudian hari. Konsep “Sukses” bagi si Artis hanya untuk “menggoyang” massa dengan hiburannya.

[caption caption="Artis dangdut Rhoma Irama dipanngung kampanye.Rhoma Irama salah satu artis yang sering ikut kampanye sejak jaman Orde Baru. Soaoknya mampu menghadirkan massa yang banyak di lapangan kampanye. II sumber gambar ; http://3.bp.blogspot.com"]

[/caption]

Usai era Orde Baru, keterlibatan artis dalam kampanye Pilkada dan Pemilu masih ada, bahkan ‘paketnya’ lebih banyak lagi mengingat begitu banyak agenda pilkada di seluruh Indonesia. Sejumlah Artis ‘Ibukota’ (nasional) yang sudah dikenal dan sering tampil di televisi nasional panen rezeki dalam banyak Pilkada.  

Para calon kepala daerah bersama tim suksesnya tak segan menggelontorkan uang banyak untuk mendatangkan artis “ibukota” guna menyemarakkan kampanye daaerah. Tempatnya bukan cuma di kota tapi bisa sampai ke daerah pelosok. Pada era sekarang ini, demi Pilkada artis ibukota bisa masuk ke kecamatan terjauh yang masuk kategori pedalaman, tempat si Calon kepala daerah ingin ‘menunjukkan’ pamor politisnya.

Bagi masyarakat daerah, artis ‘Ibukota’ masih menjadi daya tarik yang kuat sehingga mereka mau datang ke lapangan kampanye. Mereka tak pernah melihat keseharian si Artis, selain pesona yang tampil di media dan hiburan. Artis Ibukota seperti ‘mahluk impian’ yang ingin mereka lihat dan nikmati langsung pesonanya. Pertanyaannya, apakah kehadiran artis ‘ibukota’ pada kampanye di Jakarta juga sama ‘heboh’ dengan di daerah? Apakah artis Ibukota bisa menarik dan mempengaruhi massa di ‘rumah sendiri’? Sementara mungkin bagi sebagian masyarakat Jakarta bila melihat artis dianggap “biasa-biasa saja”, tidak bikin heboh, tidak bikin kepo. Bagi mereka melihat artis tidak lagi sebuah sensasi yang besar.

Artis Kampanye dan Persoalan Masyarakat

Kini zaman berubah. Banyak artis juga terjun ke dunia politik. Mereka menjadi politikus, baik sebagai pengurus partai maupun anggota legislatif yang duduk di parlemen. Bahkan ada artis jadi kepala daerah. Ketika ada calon kepala daerah lain yang maju Pilkada, mereka ikut ‘bantu-bantu’ kampanye bila diperintah partainya dan si Calon Kepala Daerah termasuk koalisi dari partainya.

Pada artis yang politikus menang selangkah dibandingkan artis yang tak pernah berpolitik karena artis politik punya wawasan kenegaraan yang didapatnya di parleman. Tinggal mereka ‘mengartikulasikan’ visi dan misi calon yang didukungnya secara apik. Kalau soal ‘ngomong yang sedap-sedap’, tentu artis sudah tak canggung lagi.

Segala kekurangan si Calon bisa mereka ‘permak dan poles’ dengan cara manis ditunjang pesona keartisannya. Namun di sisi lain, artis yang politikus juga punya beban dan kelemahan, yakni masyarakat akan mempertanyakan eksistensi mereka selama di parlemen yang ‘biasa-biasa saja’ di tengah dinamika issue-issue penting dalam politik nasional. Belum lagi beban skandal kehidupan pribadi si Artis yang pernah ada, membuat citra si Artis menjadi tidak kinclong.

Selama ini jarang ada ‘artis yang politikus’ parlemen yang menonjol berjuang untuk rakyat. Mewreka bagai tenggelam, atau nyenyak di zona nyaman fasilitas ‘wah’ DPR-RI. Kiprah dan pesona politik mereka tidak sehebat saat jadi artis. Soal hak cipta, tata dunia hiburan, dunia kesenian dan budaya serta segala hal berkaitan dengan dunia keartisan sendiri tak mengalami peningkatan kualitas yang berarti. Padahal mereka sudah di dalam parlemen, tempat yang tepat untuk memperjuangkan semua itu.

Bagi artis yang belum pernah bersentuhan dengan dunia politik, maka tim politik calon kepala daerah harus bekerja ekstra keras mengisi 'ilmu' si Artis untuk memahami visi dan misi calon kepala daerah yang didukungnya. Jangan sampai ‘ketidaktahuan’ si Artis menjadi bumerang yang memukul balik Cagub yang didukungnya.

Sesuai dengan sifat kampanye yakni  menyampaikan pesan dan menghipnotis massa untuk mendukung Cagub mereka, maka bekal ‘ilmu politik dan wawasan kemasyarakatan’ si Artis dalam kampanye harus prima mengingat masyarakat sekarang sudah sangat kritis. Satu hal yang perlu mereka perhatikan adalah isu-isu aktual dan sensitif terkait pembangunan, birokrasi, sosial perkotaan, undang-undang dan segala regulasi. Hal ini tidak mudah. Tidak bisa didapatkan secara instan. Bila ‘salah-salah kata’ maka akan jadi blunder tim berakibat si Calon Gubernur yang mereka usung akan ditertawakan publik. Ini bisa menurunkan elektabilitas.

Artis Kampanye, Masyarakat Jakarta Ditantang untuk Tetap Kritis

Artis kampanye pada Pilgub DKI berbeda konsepnya dengan masa orde baru atau pilkada di daerah. Disini mereka dilibatkan lebih mendalam pada persoalan  program kerja Cagub. Mereka dituntut menjadi bagian dari pemenangan adu program, bukan semata penghibur massa kampanye.

Adanya artis pada kampanye Pilgub DKI membuat masyarakat Jakarta ditantang untuk lebih kritis. Mereka tentunya tidak mudah dibuai mulut manis dari sosok kinclongsi Artis yang ‘jualan’ program sang Cagub bila yang mereka sampaikan ‘tak lebih mimpi dan hiburan semata’ seperti di layar kaca dan dunia infotainmen. Masyarakat sejatinya harus rasional, bahwa kampanye bersama artis bukan semata hiburan dan menikmati sosok kinclong dan pesona fisik, melainkan tetap fokus melihat integritas, kapabilitas  dan program kerja si Cagub DKI yang berkaitan nasib riil kehidupan masyarakat Jakarta itu sendiri.  Bagi artis, kalah atau menang jagoannya mereka tetap artis (dan sekaligus politikus) yang tetap punya pesona dan mapan secara ekonomi. Sementara massa di ruang kampanye usai Pilkada harus berjuang untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

---

Peb19/10/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun