Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Adu Kreatif Kampanye Ahok, Anies, dan Agus

6 Oktober 2016   13:47 Diperbarui: 19 Februari 2017   08:32 4709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : www.sindosatu.com

Pilgub DKI kali ini diharapkan bukan hanya adu tampang dan deretan gelar akademis para kandidat gubernur. Sebagai Pilkada yang jadi baromoter banyak daerah lain di Indonesia, model kampanye para Cagub DKI ditunggu masyarakat luas. Seberapa unik dan menarik cara mereka berkampanye resmi di tengah masyarakat Kosmopolitan Jakarta.

Setiap calon tentu punya strategi dan bentuk kampanye agar mampu 'menjual' program kandidatnya. Selain memperkenalkan program kerja, secara tidak langsung setiap Cagub akan saling adu konsep kampanye. Muatan di dalamnya bukan hanya pesan politik, namun juga menampilkan bentuk kreativitas tim pengusung dalam mendekati dan mengambil hati masyarakat DKI.

Di sisi lain, Jakarta dianggap sebagai tren setter banyak halnya di Indonesia. Hajatan Pilkada DKI menjadikan Kampanye cagub berpotensi jadi tren setter baru dan 'baku'. Apa yang tersaji akan jadi 'tontotan' dan pembelajaran politik masyarakat Indonesia secara luas.

Salah satu contoh bagian kecil kampanye yang pernah 'diciptakan' dan jadi tren saat Pilkada DKI tahun 2012, yakni pakaian kotak-kotak pasangan Jokowi-Ahok. Dress code itu nampak sederhana, namun mampu menjadi tren berpakaian di masyarakat luas. Ada juga model kampanye dengan cara blusukan ke kantong-kantong permukiman warga dan kegiatan ekonomi masyarakat kelas bawah. Gaya kampanye ini dahulu belum terlalu populer.

Model Kampanye Masa Lalu Masih Diminati?

Ada beberapa model kampanye ruang terbuka pada masa lalu (sejak jaman Orde Baru) dan masih digunakan hingga sekarang, seperti;

  • Melakukan konvoi keliling kota dengan membawa atribut partai atau Calon Pemimpin Daerah di mobil terbuka. Model kampanye ini seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas kota dan rentan tindakan anarkis.
  • Mengumpulkan massa dengan menggelar konser musik artis top.
  • Memberikan sumbangan pada tempat ibadah, panti asuhan, panti jompo, balai desa/kelurahan disertai ceramah atau pidato yang diliput media lokal.

Model kampanye seperti ini dipandang mampu menyedot perhatian dan kehadiran publik dalam jumlah besar. Melihat perkembangan jaman sekarang, apakah model kampanye tersebut seperti ini masih efektif mempengaruhi masyarakat calon pemilih?

Kalau dulu jaman kuda gigit besi, namun kini kuda gigit sinyal. Heuheueh...! Itu berarti telah terjadi perubahan radikal di dalam masyarakat kita, khususnya warga kota metropolitan Jakarta.

Sering dikatakan orang Jakarta lebih kritis dan rasional. Konon, mereka mampu memilah sesuatu yang nyata berguna bagi kehidupan, mana yang hanya janji semata-yang kata Mukidi ; "Elu PHP? Ke laut aje, cing!"

Bagi sebagian masyarakat era informasi seperti sekarang ini, panggung hiburan terbuka sudah bukan lagi sesuatu yang 'wah'. Untuk menikmati hiburan musik (konser), mereka cenderung pada yang sifatnya sebagai penampilan eksklusivitas kelompok mereka -tanpa embel-embel politik. Kata Mukidi ; "Music is just for music". Heu heu...

Bila kemudian cara-cara kampanye 'jadoel’ seperti tersebut di atas masih juga mendominasi dan sangat diminati masyarakat DKI Jakarta, maka perlu dipertanyakan tentang..#ah sudahlah...pembaca silahkan pikirkan sendiri, karena saya hanya Kompasianer pemalu...heuheu...

Model Kampanye Ahok, Agus, Anies

Akan sangat menarik melihat cara kampanye cagub DKI. Apakah mereka bisa menampilkan kampanye kreatif?

Kampanye kreatif itu sesuatu yang baru dan tidak biasa. Tentunya tidak biasa dalam koridor positif, sebuah cara kreatif yang bisa menciptakan nilai tambah, misalnya secara ekonomi, sosial dan budaya. Kreativitas  yang bisa menjadi inspirasi kehidupan banyak orang, memberi kesan mendalam, semangat yang konstruktif, dan tentu saja terciptanya suasana damai dalam masyarakat.

Berikut beberapa hal untuk melihat sebuah kampanye kreatif;

  • Pelaku utama penyelenggara kegiatan kampanye, misalnya: Anak-anak muda, relawan lintas usia, komunitas hobi dan profesi, dan lain-lain.
  • Tren kostum dan model rambut, misalnya; model rambut cepak, model baju, warna baju, 'monyet', dan lain-lain.
  • Pemilihan tempat, misalnya ; di TPA (Tempat Pembuangan Akhir sampah, di pantai, di lokasi bekas banjir, bantaran sungai yang airnya hitam dan bau, pasar tradisional, hutan bakau yang rusak. 
  • Bentuk kegiatan/kemasan acara, misalnya; penyediaan jasa dan alat gratis, bakti sosial di sekolah yang hampir rubuh, permukiman kolong jembatan, kunjungan ke kuburan, kunjungan ke rumah sakit korban bencana.

Beberapa contoh tersebut hanya sebuah ‘ide gila’ yang tidak biasa. Tinggal bagaimana kreativitas tim untuk mengemas tempat dan segala sesuatunya menjadi sesuatu yang berguna dan berkesan.

Kini ketiga pihak Paslon, yakni Ahok, Anies, dan Agus sudah berani tampil di publik untuk memperkenalkan diri walau jadwal kampanye belum secara resmi dibuka. Beberapa calon sudah membocorkan sedikit konsep kampanye mereka. 

Anies Baswedan

Anies Baswedan akan berkampanye dengan membangun jejaring silaturahmi, baik internal partai maupun eksternal dan masyarakat umum. Anies ingin merangkul semua kalangan dan menghormati kinerja. Untuk masalah dana kampanye akan didapatkan dari urunan para kader partai Gerindra dan PKS selaku pengusung, ditambah dari dana sukarela para simpatisan.

Melihat penampilan Anies di muka publik yang sering memakai pakaian bergaya eksekutif muda, bisa saja menjadi dress code kampanye Anies. Soal tempat bisa di auala besar dengan setting ruang seminar yang menampilkan keseriusan dan suasana intelektual.

Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Yudhoyono belum terlihat mengemukakan secara terbuka konsep kampanye yang akan dia pakai. Mungkin masih digodok oleh tim pemenangannya. Semoga saja tidak bergaya jaman dulu seperti ketika akan pilpres.

Untuk Agus, gaya rambut pendek ala perwira dan model pakaian baju ‘monyet’ seperti penerbang bisa dijadikan dress code yang khas cagub Agus. Yang tampil ke depan jangan para politisi gaek dan bulukan, melainkan anak-anak muda yang gagah laksana perwira. Ini bisa menjadi representasi Agus Yudhoyono sebagai pemimpin masa depan yang gagah, berani, ganteng, dan pintar.

Ahok

Ahok sudah secara terbuka mengemukakan konsep kampanyenya. Sejauh ini, dari ketiga calon gubernur, tampaknya Ahok lebih siap.

Model kampanye Ahok bersifat partisipatif. Sebelumnya, Tim Relawan Ahok akan mengadakan acara, misalnya nonton bersama, atau makan bersama. Pada acara itu, setiap orang pendukung yang ingin ikut serta wajib partisipatif membayar tiket. Nanti hasil penjualan tiket tersebut akan dijadikan sebagai dana kampanye. Ahok juga membuka diri untuk tampil pada acara-acara seminar, atau hiburan stand-up dengan bayaran tertentu. Honor tampil Ahok akan dijadikan dana kampanye yang dikelola Relawan Teman Ahok.  

Untuk Ahok, dress code yang cocok gaya pakaian casual ala stand-up commedy. Tak lupa bawa mike di tangan dan kacamata hitam, biar seru! heu heu heu....

Satu hal prinsip yang tak boleh dilupakan bahwa kampanye merupakan kegiatan terorganisir dari personal atau kelompok untuk memperkenalkan diri, menyampaikan pesan, membangun pencitraan dan komunikasi kepada orang banyak, bukan untuk saling serang pribadi kandidat lain dengan isu-isu SARA dan lain-lain yang bisa memecah belah masyarakat.

Adanya kampanye dimaksudkan agar masyarakat terpengaruh dan mendukung kelompok tersebut menjalankan agendanya. Diharapkan agenda tersebut menjadi milik bersama banyak orang sehingga tercipta dukungan yang nyata masyarakat luas bila kelak si Calon terpilih jadi pemimpin wialayah (gubernur).

Kita nantikan saja kampanye setiap tim cagub DKI, apakah bisa menampilkan kampanye yang kreatif dan jadi tren setter baru pilkada di tanah air. Kalau tidak kreatif, bagaimana si Cagub kelak bisa membangun kota secara kreatif? Bukankah pempimpin itu harus kreatif? Kata bu guru, menjadi  pempimpin daerah jangan sampai terjebak libido politik yang kebablasan, permainan parpol dan rutinitas birokrasi semata. Betul tidak teman-teman? Heu....heu..heu...

Selamat siap-siap menjelang Kompasianival2016, jangan lupa Nganu, ya....#eehh...maksudnya registrasi online...heuheu...

----

Peb06/10/2016

referensi berita : kompas.com Satu dan Dua, tempo.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun