Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Liminalitas Senin, Mohon Maaf Hari Ini Tidak Ada Artikel

29 Agustus 2016   09:39 Diperbarui: 29 Agustus 2016   10:04 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompasiana.com

Hari ini adalah hari Senin, awal hari mengarungi satu minggu ke depan. Tentunya banyak pertanyaan tentang hari ke depan, apakah akan sama dengan hari-hari  kemarin?

Sebagian orang menganggap hari Senin itu berat. Ada pikiran nakal ; malas untuk beraktifitas, khususnya berkaitan dengan pekerjaan rutin. Rasanya masih ingin menikmati libur hari Minggu kemarin. Mungkin ada pengecualian bagi yang sedang jatuh cinta. Hari Senin tetap memberi semangat seperti hari-hari lainnya. Bukankah setiap waktu adalah berjuta rasanya? Yang [penting bisa bertemu si Jantung hati. Betul, tidak? Heru heu heu...

Seringkali hari Senin membawa orang seolah masuk dalam Liminalitas,yakni sebuah kondisi seolah berada di ‘ambang pintu’. Bayangkan saja ; Libur week end (hari Sabtu-Minggu) sudah berlalu, namun untuk memasuki hari baru (Senin) rasanya belum sepenuh hati, walau kini realitasnya adalah hari Senin. 

Orang dibawa pada kondisi ambigu, khususnya di pagi hari saat akan melakukan aktifitas. Hari week end masih membayang, bahkan tanpa disadari beberapa perilaku diri pun seolah masih week end. Tapi mudah-mudahan kondisi abigu itu hanya sebentar. Senin masih panjang, masih ada sekian jam kedepan untuk transformasi diri. Itu harus. Karena kita tak boleh berlama-lama dalam Liminalitas hari. Kata bu guru tidak baik berlama-lama diambang pintu. Bisa masuk angin, jauh dari rezeki dan dan jodoh. Lebih nyata lagi kalau diomeli orang karena menghambat arus pergerakan.

Apakah kondisi Liminalitas ini mempengaruhi aktifitas menulis? Jawabannya relatif. Tergantung tekad dan taktik setiap pribadi penulis. Bila ada semboyan diri ‘harus menulis setiap hari’ maka niat harus dilakukan agar menjadi sebuah tulisan. Agar sejarah diri tak terputus oleh situasi tak menentu. Ada banyak tema yang bisa diangkat, terlebih di Kompasiana ini, punya ruang menu yang banyak dan  beragam, tercatat ada 20 kanal, dari kanal ‘Bola’ sampai ‘Semua Rubrik’. Kurang apa, coba? Tinggal menyesuaikan diri pada kantong pikiran dan minat saat itu. 

Belum lagi isu-isu aktual dari beragam berita mainstream terkini yang bisa memicu pikiran untuk mengulasnya lebih jauh dari sudut padang pribadi dengan aneka modus pribadi, apakah sebuah apresiasi, kritik atas realitas timpang, sumbangsih ide, dan lain sebagainya. Kalau pun masih malas mencari tema, tinggal melihat kanal seksi yakni lomba menulis artikel (blog competition) yang menawarkan hadiah uang!

Atau bisa juga ke ‘Topik Pilihan’, sebuah garansi pengelola Kompasiana tentang isu terkini. Tercatat saat ini sejumlah tema besar disediakan Admin Kompasiana, seperti : Penghinaan Jokowi, Penggusuran Perpustakaan, Haji ilegal, Harga Pokok Melambung, Jumlah Perokok Berkurang, dan lain-lain. Ini adalah sebuah kemewahan bagi para penulisi di Kompasiana .

Lalu bagaimana bila segala kemewahan itu tak juga membuat anda tergerak untuk menghasilkan artikel hari ini karena masih tenggelam dalam Liminalitas antara Week End dan hari Senin? Inilah persoalannya. Saat ini saya pun mengalaminya. Maka dari itu saya mohon maaf, hari ini tidak bikin artikel untuk Kompasiana. Tapi saya tidak mau berhenti menulis.

Selamat menjalani Hari Senin, kawans...

------------

Pebrianov29/08/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun