Sementara politisi, sesuai adigium politik 'Tak ada musuh atau kawan abadi dalam politik, yang ada adalah kepentingan', bisa saja kemudian kedua politisi yang tadinya perang kata pedas kemudian berkawan di agenda atau seremonial politik tertentu. Publik dibuat kaget, tokoh politik yang dahulu dipuja dan dibelanya saat perang pernyataan ternyata berkawan akrab dengan lawan politik yang menyerangnya. Masyarakat menjadi kecele. Sudah terlajur habis-habisan membela si Tokoh/partai sekaligus menghina sang lawan politik, kemudian merasa dibohongi. Pihak lawan dari tokoh pujaannya sudah terlanjur dibenci luar-dalam. Disini terlihat bahwa Logika dan Emosi masyarakat sering tak sejalan dengan Emosi dan Logika politis kaum politisi.
Perang kata antara Ahok dan Amien Rais bukan hanya kali ini saja. Sebelumnya juga pernah terjadi. Sosok Ahok yang blak-blalakan dan Amin Rais yang Kontroversial akan jadi sajian baru dalam perang psikologis menuju DKI 1. Perang kata mereka mungkin akan berlanjut, cenderung muncul turunan perang kata lainnya dikemudian hari.
Agar kelak tidak kecele, ada baiknya masyarakat bisa menahan diri dan cerdas mensikapi fenomepa Perang Kata yang ditampilkan politisi. Masyarakat jangan terjerumus pada kebencian dan perpecahan. Anggap saja perang kata para politisk itu sebagai hal yang biasa dan hiburan di sela-sela kejenuhan dan lelahnya aktivitas kehidupan sehari-hari yang lebih riil.
Salam
Referensi berita ;Â 1Â |Â 2Â |Â 3Â |Â 4Â |Â 5Â |Â 6Â |Â 7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H