Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketukan Nada Aneh Titip Rindu Ke-Indonesiaan

16 Agustus 2016   08:57 Diperbarui: 16 Agustus 2016   14:24 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi II sumber gambar ; 1.bp.blogspot.com

Sebagian publik mengatakan bunyi kentongan itu kurang sempurna atau sumbang. Sebagian lagi mengatakan terlalu berlebihan atau bising. Intinya, bunyi itu tidak sempurna, melainkan 'hanya mendekati bunyi'  biasanya (nada hasil kesepakatan).

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar ; http://image.slidesharecdn.com/hakdankewajibanwarganegaraindonesia-121226235213-phpapp02/95/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia-1-638.jpg?cb=1411528862"]

[/caption]

Suasana warga pun jadi ramai. Mereka mempertanyakan bunyi itu. Sebagian fokus menuding dan menatap tajam ke arah Arcandra dan Gloria yang berdiri dekat kentongan. Mereka berdua 'disangkakan' sebagai pemukul kentongan. Sebagian lagi warga meributkan tanggung jawab para aparat desa. Sebagian lagi mempertanyakan keberadaan Petugas resmi pemukul kentongan yang tak tampak batang hidungnya.

Hal yang terjadi di lapangan balai desa adalah tempat berkumpulnya warga yang marah atau ngedumel tentang orang di sekitar kentongan. Mereka beranggapan suaranya sumbang atau bising (berlebihan) tadi. 

Mereka bukannya coba mencari tahu atau memikirkan ketukan 'bunyi' kentongan tadi kenapa bisa mendekati atau justru terasa berlebihan dibandingkan bunyi yang sudah mereka kenal. Mereka tidak mencoba memikirkan pesan apa yang ada di bunyi itu. Mereka tidak membicarakan apakah bunyi itu nantinya bisa dijadikan tambahan untuk suatu pesan besar yang belum ada sebelumnya.

Mereka lupa, kentongan hanya sebuah alat. Hanya suatu benda, yang bisa dijadikan sumber bunyi. Sementara penciptaan bunyi ketukannya tergantung mereka sendiri.

Satu hal lagi, perjalanan waktu membuat kehidupan warga kampung berubah dibandingkan terdahulu. Muncul banyak hal baru hadir di kehidupan warga. Jarak antar kampung semakin dekat, bagai tak berbatas. Tidakkah terpikirkan hal-hal baru itu dibicarakan dan dijadikan kesepakatan baru, kemudian diciptakanalah ketukan bunyi kentongan baru mewakili hasil kesepakatan?

Kehadiran Arcandra dan Gloria di dekat 'kentongan' dan munculnya bunyi Keindonesiaan bernada sumbang atau berlebihan (bisiang di Istana Negara sungguh tepat menjelang hari 'sakral' Kemerdekaan RI. Oleh kedua orang itu, warga bangsa jadi berkumpul dengan beragam pertanyaan tentang Keindonesian.

Semoga kita tidak habis energi hanya ngedumel membicarakan orang di sekitar Kentongan, tapi lupa menerjemahkan bunyi 'aneh'nya yang membawa pesan mistik tentang Indonesia Baru.

Selamat menyambut HUT Kemerdekaan RI ke 71. Salam NKRI. Merdekaaa!

------
16/08/2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun