Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Malu Jadi Penulis 'Picisan' di Kompasiana

13 Juli 2016   21:42 Diperbarui: 14 Juli 2016   19:15 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih belum hilang capek usai perjalanan panjang pulang kampung, saya dikagetkan munculnya Tulisan Picisan dari Kompasianer Felix Tani.

Tulisan itu membuat syaraf malu terbuka lebar. Selama ini syaraf malu itu berusaha saya tutupi dengan penuh saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya sebagai Kompasianer Picisan yang Hermaprodit. Sejak dulu, dengan modal syaraf malu itulah saya bisa hidup dalam dua alam dan dua kelamin di Republik Kompasiana ini, yakni alam serius dan alam canda, serta memiliki kelamin ganda yakni fiksi dan non fiksi.

Perlu dipahami bahwa selama ini saya menjalani nasib sebagai Kompasianer Picisan yang Hermaprodit dengan ketabahan paripurna dan penuh penghiburan. Maka tak heran, saya jadi Penulis Picisan Terbaik di Kompasiana untuk kategori Celrot (celanamelorot) menurut versi Narsis. Sementara Pak Felix Tani adalah Penulis Picisan terbaik di Kompasiana untuk kategori Penulis Anarkis.

Saya jadi Penulis Picisan karena berguru pada Kompasianer Felix Tani, walau saya tahu beliau tidak pernah mau mengakui saya sebagai muridnya berhubung beliau tidak pernah membuka pendaftaran, tidak memungut SPP dan uang gedung, tidak melakukan bimbingan akademik, tidak menyelenggarakan ujian dan penilaian akhir, apalagi mengeluarkan ijazah jurusan Picisan. Namun itu tak menyurutkan hasrat saya untuk belajar pada beliau. Caranya adalah secara diam-diam saya mencuri semua jurus menulis dan sikap kepenulisan beliau di Kompasiana.

Kompasianer Felix Tani adalah penemu formula "Ora HL ora NT ora problem" yang sangat jenius untuk dipakai dalam kegiatan menulis di Kompasiana. Formula ini menjadi teori dan dasar filosofis bagi siapa pun agar mudah menulis di Kompasiana. Di sisi lain Formula ini seringkali membuat admin Kompasiana tersipu-sipu malu, menundukkan wajah sembari memainkan ujung rambutnya. 

Kenapa demikian? Karena unsur humor di dalam filosofi itu meruang secara liar namun tetap elegan sehingga merembes di banyak kanal, sementara di Kompasiana tak lagi ada wadah khusus untuk humor. Sampai sekarang 'No Probelemo'. Belum ada keluhan dari pembaca dan admin.

Formula tersebut merupakan hasil perenungan yang sudah teruji kehandalannya. Sangat sahih di segala medan kepenulisan. Dengan formula tersebut; rasa ragu, takut, malu dan segala penyakit psikologis yang selama ini jadi penghalang upaya menulis bisa hilang. Setelah itu Si Penulis akan mengalami kelegaan, kepuasaan, serta terbangunnya kepercayaan diri dan kemerdekaan saat memasuki fase pasca menyelesaikan tulisan dan memposting artikel di Kompasiana.

Kompasiana beruntung disusupi Kompasianer Anarkis seperti Felix Tani yang bersedia menjadi Abdi Picisan di sela kegiatan utama beliau sebagai pakar suatu bidang Ilmu di perguruan tinggi negeri terkemuka di negeri ini.

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar ; http://assets-a2.kompasiana.com/statics/files/1414484323367388641.jpg?t=o&v=760"]

[/caption]

Penulis Picisan

Ihwal labeling Penulis Picisan berawal dari produksi ragam tulisan yang hadir menghiasi layar Kompasiana. Penulis Picisan merupakan penulis Anarkis, yakni "orang yang menulis apa saja yang dia mau dengan cara apa saja yang terpikir olehnya" .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun