Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Polisi Kurang Urus dan Teroris Salah Urus

8 Juli 2016   18:28 Diperbarui: 8 Juli 2016   20:22 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; sumber gambar : http://cdn.rimanews.com/bank/tangkap123.jpg"][/caption]

Suatu ketika anda sedang kumpul bersama anggota keluarga di tempat makan yang ramai. Suasana riang gembira. Persaudaraan terjalin erat. Saat itu kebahagiaan melingkupi anda dan keluarga.

Tiba-tiba masuklah beberapa orang berseragam polisi. Mereka mendekat, kemudian mengabarkan anda sedang dicari karena hal pidana. Anda ngotot menolak karena merasa tak pernah melakukan apapun terkait pidana. 

Saat itu suasana kumpul keluarga jadi rusak. Namun tak ada pilihan, demi undang-undang, anda harus ikut ke kantor polisi memberi penjelasan.

Selang beberapa hari, anda dilepaskan karena tak terbukti apapun terkait pidana. Ternyata ada kesalahan data dan duga kepolisian. Mereka minta maaf, tapi itu tak menghilangkan rasa dongkol anda. Sumpah serapah pun keluar dari bibir anda.

Semua persoalan bisa dibereskan karena anda dan kerabat mengurusnya. Kepolisian pun melayani semua sesuai aturan. Semua akhirnya terselesaikan. Hidup anda kembali berjalan normal.

Dilain kesempatan anda bersama keluarga besar sedang makan di foodcourt pada sebuah mall. Suasana penuh kegembiraan. Saling bercerita dan bercanda. Membangun dan mempererat tali silaturahmi.

Saat sedang makan masuklah seorang di tempat itu. Dia datang seorang diri. Pakaiannya seperti pengunjung pada umumnya. Dipunggungnya bertengger ransel layaknya mahasiswa yang membawa laptop. Semua orang mengira dia akan makan. Ternyata tidak.

Saat suasana makan dan semua orang lengah, terdengar.....Booooomm!! Suaranya ledakannya serasa memecah telinga.

Ruangan penuh asap hitam. Piring, gelas dan kaca-kaca berhamburan bersama makanan. Darah dan sobekan daging anggota tubuh berceceran bercampur makanan lezat retoran yang berserakan-tak jelas lagi punya siapa. Bisa jadi milik anggota keluarga anda, para pengunjung lain atau si Pengunjung Beransel tadi.

Anda sempat saksikan sejumlah orang tergeletak berlumuran darah, beberapa diantaranya adalah keluarga anda. Merekalah orang-orang yang anda cintai.

Tubuh mereka tak lagi utuh. Sebagian terkejat-kejat menahan sakit, atau sedang di batas gerbang dunia fana dan akhirat. Anda pun sempat saksikan seonggok tubuh rusak parah. Tubuhnya pecah-terbelah. Lendir otaknya berserakan, kepala terlepas dari tubuh. Tercium bau amis darah, cairan tubuh yang muncrat bercampur aroma rambut terbakar serta daging hangus.

Sebagian orang di ruangan itu berhamburan mencari selamat. Mereka berteriak dan menangis. Anda pun berteriak, berlari kesana kemari. Mendekati anggota keluarga yang tergeletak untuk memastikan kondisinya.

Anda kembali berteriak meminta bantuan. Tapi tak seorang pun mendengarkan. Saat itu anda seperti berbicara pada orang-orang tak bertelinga.

Anda yang memang manusia cerdas bergegas mengurus semua itu. Tak mau terima ketidakadilan yang menimpa anda dan keluarga. Tapi tak ada satupun yang perduli karena tubuh anda mendadak jadi  sangat ringan.

Perlahan-lahan ada sinar maha terang dari langit menaungi tubuh anda. Tubuh anda terangkat mengikuti sumber sinar, walau anda masih bisa menyaksikan semua hiruk pikuk ruangan itu. Anda pun melihat tubuh keluarga tergeletak sembari  mengerang kesakitan.

Perlahan tapi pasti tubuh anda makin terangkat ke langit, melayang tanpa bisa anda cegah. Anda bagai memasuki ruang hidup baru.

Kecerdasan anda tak mampu mengurus semua itu. Persoalan tak tuntas. Anda tak lagi punya ruang dan kemampuan untuk menyelesaikannya.

Anda hanya jadi penonton pasif dari dimensi ruang kehidupan yang berbeda, hanya bisa memandang semua peristiwa sesudah tragedi berdarah itu. Televisi dan media memberi kabar, publik berceloteh, sejumlah orang pintar perduli HAM membela Si Pengunjung Beransel tadi-yang tubuhnya sudah terpecah bagai kue agar-agar terlindas ban mobil.

Satu pertanyaan rahasia ; Apakah anda berharap para Pembela Kemanusiaan itu mengalami seperti yang anda alami agar mereka berpikir beribu kali untuk membela atas dasar kemanusian? atau anda berharap mulut mereka dijahit saja ?

Mohon dijaga pertanyaan rahasia ini,ya...karena menyangkut tiket anda ke ruang baru yang sakral. 

----
Pebrianov, Singkawang8/7/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun