[caption caption="sumber gambar ; https://maulidamulyarahmawati.files.wordpress.com/2011/04/embun-pagi.jpg"][/caption]
Embun baru usai menuntaskan petanda malam. Kemudian disuguhkannya bening di pagi dini hari.
Kata orang, jiwa baru adalah hasil senyawa. Tapi bukan mutlak dimiliki ion-ion profan. Pada saat itu udara kembali pada awal mula. Berolah adi rupa menjadi nutrisi bagi santapan kaum penghirup nadi profan.
Hening kemudian bertanya pada alam di dalam diam, Apakah saat masuk di paru dan darah membentuk jiwa baru? Berapa jiwa baru terbentuk bila seluruh waktu dihitung ulang?
Semua bergegas. Alam pun didefenisikan. Bahwa embun pagi lah yang bersihkan udara kotor yang terisi beragam hasrat hitam sepanjang hari tadi.
Defenisi kemudian hadirkan pemaknaan. Bertemu aneka logika dan fenomena. Berputar-putar dan bersemayam di setiap benak naif. Banyak makna berserakan dan berserah. Dia tawarkan diri untuk dikuasai.
Sejatinya, jiwa bebas diam sejenak. Mendengarkan nurani. Mengisi strategi. Berjuang tanpa jeda agar tak dilempar ke dalam hasrat hitam sepanjang siang. Disitulah akan ditemukan jiwa baru.
-------
Perbianov8/07/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H