Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Acara 'On The Spot' dan Keanehan Perilaku Politik

26 Juni 2016   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2016   03:35 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembuat keanehan di negeri ini salah satunya berasal dari entitas politik. Sejumlah tokoh yang disebut kaum elit politik calon pemimpin daerah dan negara telah menciptakan beragam keanehan di hadapan rakyat.  Mulai dari sikap, pernyataan, dan tindakan baik secara pribadi maupun berkelompok.  

Mereka bicara seperti seorang ahli yang telah menciptakan kesejahteraan.  Mulut mereka bisa  berbusa-busa menjelaskannya. Konon, mereka tidak bohong. Punya bukti kuat, yakni secara pribadi dan keluarga kecilnya sudah sangat sejahtera. Bukankah mereka juga bagian dari rakyat?

Untuk meraih kekuasaan mereka selalu penuh semangat seperti peserta lomba panjat pinang tujuhbelasan HUT kemerdekaan RI. Jalan licin ditempuh dengan sukacita. Tak hirau sorak sorai penonton. Tak segan bertubuh kotor sembari menginjak-injak orang dibawahnya guna mendapatkan hadiah yang bertengger di puncak.

Inilah negeri aneh, mungkin mirip acara 'On The Spot' di televisi Trans7 yang berisi sejumlah keanehan dimuka bumi ini. Penonton selalu dibuat heran. Berdecak kagum. Ngeri. Cemas. Dan bahkan rasa takut.  

Satu keanehan yang bikin 'kagum', bila muncul  seorang calon pemimpin berkarakter kuat, punya integritas, kemampuan memimpin,  visi dan konsep pembangunan, telah terbukti bekerja baik, mampu melakukan perubahan ke arah lebih baik,  dan sedang 'diatas angin' bakal memenangkan kursi kekuasaan, maka orang tersebut akan 'dikerjain' secara beramai-ramai oleh kaum elit politik tadi.

Para pesaing itu tiba-tiba bisa kompak. Mereka bersama-sama atau sendiri berusaha untuk menjatuhkan, melakukan pembunuhan karakter dan menggagalkan si Calon berkarakter tadi. Mereka jadikan si Calon itu musuh bersama. Soal etika dan moral publik bisa dikesampingkan. Banyak argumentasi bisa mereka ciptakan untuk pembenarannya. Dinamika politik tersebut mirip kumpulan kepiting di dalam baskom. Bila ada satu kepiting memanjat dinding baskom maka para kepiting lain dibawahnya akan beramai-ramai menariknya sehingga kembali jatuh ke dalam baskom.

Hampir tidak pernah ditemui pelaku politik saling puji dan pengakuan keunggulan dan keberhasilan lawan politiknya. Justru sebaliknya, yang muncul adalah pengkerdilan, penghinaan atau pembusukan atas keberhasilan dan keunggulan lawan yang nyata-nyata dirasakan rakyat. Celakanya rakyat yang sejatinya pemilik kekuasaan justru sebagian ikut-ikutan berperilaku seperti pelaku politik.

Dinamika dalam entitas politik sangat berbeda dengan entitas olahraga, misalnya bulu tangkis  seringkali muncul pujian antar lawan dan pengakuan atas keberhasilan atau kemenangan.

Ada 'adigium' bahwa Politik Itu Kotor; dalam politik, saling jegal dan bunuh itu hal biasa. Apakah  'adigium' itu bisa dibalik, bahwa  'Politik itu Bersih' ; saling dukung dan menghidupkan itu hal yang biasa ?

Harusnya bisa. Bagaimana caranya? Untuk menjawabnya anda jangan kemana-mana dulu, pertandingan babak ke dua antara Potugal lawan Kroasia sudah  dimulai. Mari kita saksikan. Walau berbeda tim dukungan, mohon tetap tenang, jangan berisik, jangan nyinyir atau mengeluarkan kata makian. Terimalah dan ucapkan selamat bila tim lawan menang.

Pembaca artikel ini diharapkan tetap mempertahankan sikap dan perasaan aneh karena penulisnya merupakan orang aneh. Dengan demikian pembaca akan baik-baik saja tanpa kurang satu keanehan pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun