Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Misteri Imajinasi Pancasila

1 Juni 2016   04:24 Diperbarui: 1 Juni 2016   19:09 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar : http://2.bp.blogspot.com/-ODfqrdiZPP8/UAoqVC9duxI/AAAAAAAAABU/i0-2TfBeHjM/s1600/Riery-garuda.gif"][/caption]

Kata sejarah, mereka adalah para pemimpi besar. Mereka ciptakan dari imajinasi satu sosok burung pembawa makna. Sosok itu menjadi moda anak negeri menuju masa depan. 

Imajinasi itu adalah misteri. Dibangun dari mata hati dan benak yang melangkahi jamannya. Meniti beribu pulau. Menghirup hijau hutan belantara. Mengarungi lautan luas. Melabuhi setiap lekuk bibir pantai. Menyapa ragam corak penghuninya. Menjaring nilai-nilai. Kemudian dileburkannya jadi satu bingkai indah dan kokoh penuh makna. Dititipkannya tanda pengingat pada satu bentuk burung yang gagah.

Awalnya aku heran.

Mata pemimpi itu sama denganku. Tapi tatapannya berbeda.

Warna benak pemimpi itu sama denganku. Tapi terangnya berbeda.

Bentuk hati pemimpi itu sama denganku. Tapi kedalaman ruangnya berbeda.

Entah terbuat dari apa mata hati dan benak mereka.

Apakah Tuhan telah bertindak tak adil, hanya bermurah hati membesarkan milik mereka?

Kenapa mata hati dan benak kami tak sama dengan para pemimpi itu ?

Aku takjub. Kini imaginasi itu jadi nyata. Membentuk tempat bagi keberbedaan saling berpegangan tangan. Menjadi ruang pernyataan diri sebagai satu anak negeri.

Nyata sudah. Mereka bukanlah pemimpi picisan. Melainkan kumpulan kecil orang berjiwa besar yang dipilih Tuhan untuk membangunkan kita, anak negeri ini.

Burung Garuda itu bukanlah pemanis ruang kerja. Melainkan penjaga ingatan kita yang seringkali lalai.

Kini, masih pantaskah kita mempertanyakan Tuhan dan milestone sejarah ketika bingkai kokoh dan indah itu mampu menyatukan anak negeri menuju masa depan?

Tidak!

Karena hanya bangsa kita lah yang dipilih Tuhan untuk memiliki dan menjalani misteri itu.  

-------

 

Pebrianov/01/06/2016

#Selamat hari Pancasila

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun