Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ber-Kompasiana sebagai Bagian dari Gaya Hidup

23 Mei 2016   14:09 Diperbarui: 23 Mei 2016   18:13 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cara orang melakukan kegiatan di luar rutinitas utama. Hal umum dilakukan adalah menyalurkan hoby. Kegiatan itu bukan hanya sendiri saja tapi bisa berkelompok. Malah ada yang masuk ke komunitas hoby. Bila suka memancing, maka kegiatannya memancing dan masuk komunitas memancing. Bila suka bersepeda gunung, maka kegiatannya naik sepeda dan masuk komunitas sepeda gunung.  

Sejumlah kegiatan hoby hanya bisa dilakukan dikala libur karena padatnya kegiatan utama, sementara hobby tertentu hanya bisa dilakukan bila punya waktu luang relatif panjang. Sangat sulit misalnya ; memancing setiap hari hanya satu atau dua jam guna melepas kepenatan dan stress, apalagi bagi masyarakat perkotaan.  Bisakah memancing satu jam pada malam hari habis ML (makan lemper) karena hanya punya waktu luang malam hari ? Tentu sulit. Waktu dan tempat sering tak bersahabat.

Hobby yang dilakukan secara serius dan intens atau teratur bisa menjadi bagian dari gaya hidup di kehidupan masa kini. Terlebih bila masuk organisasi atau komunitas hoby tertentu. Rasanya hidup jadi lebih berwarna dan seimbang ; antara kewajiban dengan kesenangan. Antara serius dengan canda. Jadi, hidup tak semata untuk mencari uang (bekerja).

Gaya Hidup

Istilah gaya hidup bermakna luas. Adanya suatu kebiasaan, tradisi kemudian menjadi budaya bisa dikategorikan gaya hidup. Setiap orang atau komunitas selalu bisa menjalani gaya hidup. Namun kini makna gaya hidup seolah dipersempit, ada muatan prestise yang menjadikan makna gaya hidup (life style) seolah tak bisa dinikmati semua orang.

Menurut Piliang (1998: 208), “Gaya hidup merupakan kombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya, dalam pelaksanaannya dilandasi oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan tertentu”. Selanjutnya dikatakan; “Gaya hidup adalah pola penggunaan ruang, waktu dan obyek yang khas kelompok masyarakat tertentu”, (2004;18).

Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Gaya hidup menjadi bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern, berfungsi di dalam interaksi dengan beragam cara yang mungkin tidak dipahami oleh mereka yang hidup tidak di dalam masyarakat modern, (sumber).

Kita bisa merasakan bahwa dalam konteks manusia kontemporer, makna  gaya hidup ‘dipersempit’ menjadi ‘gaya dalam hidup’, artinya ada suatu pilihan pada tren tertentu dalam hidup kekinian. Orang yang tidak bisa menikmati kesenangan-hoby tertentu diluar pemenuhan kebutuah primer maka orang tersebut ‘dikategorikan’ tidak memiliki “Gaya Hidup’.

Gaya hidup (lifestyle) sebagai bagian dari kebutuhan  sekunder manusia bisa berubah tergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Kepemilikan hand phone (hp) sebagai alat komunikasi merupakan kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder itu berubah menjadi gaya hidup ketika ada pilihan untuk memiliki HP Android agar bisa mengakses informasi via internet dan bergabung kedalam media sosial tertentu, menulis di blog seperti Kompasiana, dan lain-lain.

Memaknai gaya hidup sebagai pilihan kesenangan seseorang untuk menambah kepercayaan diri dan bisa dibanggakan kepada lingkungan pergaulan. Kesenangan itu kemudian menjadi bagian kepribadiannya dalam mengarungi beragam tren yang berkembang.

sumber gambar : http://image.slidesharecdn.com/kepribadiandangayahidup-130419082404-phpapp02/95/kepribadian-dan-gaya-hidup-17-638.jpg
sumber gambar : http://image.slidesharecdn.com/kepribadiandangayahidup-130419082404-phpapp02/95/kepribadian-dan-gaya-hidup-17-638.jpg
Kompasiana sebagai Gaya Hidup

Kompasiana sebagai blog kroyokan merupakan tempat banyak orang suka menulis  atau menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan sekaligus saling berinteraksi sesama penulis-pembaca (sharing and connecting).

Seseorang yang aktif menulis di Kompasiana (bisa) telah menjadikan Kompasiana sebagai Gaya Hidup. Didalam Kompasiana itu ada kesenangan dan kepuasan yang didapatkan, ada ruang dan waktu yang dibutuhkan, ada alternatif  dan pilihan menuangkan orientasi tema-tema tulisan yang disenangi.

Keaktifan berkompasiana menjadi kebutuhan sekunder diantara kesibukan pemenuhan kebutuhan primer. Dan menjadi primer diantara beragam kebutuhan primer manusia kekinian. Ketika informasi menjadi sebuah kebutuhan primer manusia kekinian, Kompasiana sebagai media informasi (sekunder) bisa menjadi pilihan awal yang memiliki kaitan dengan beragam sumber informasi dari media mainstream (primer).

Satu perbedaan Kompasiana sebagai ‘gaya hidup’ dibandingakan yang lain adalah gaya hidup itu bisa dijalani secara fleksibel, bisa dilakukan ketika ada ruang dan waktu diantara kesibukan atau setelah kesibukan. Tidak dibutuhkannya waktu yang panjang.  Kita bisa sejenak menikmati Kompasiana saat sarapan pagi dan istirahat siang di dalam bekerja. Kita bisa menjelajahi Kompasiana ketika pulang kantor menjalang tidur malam. Tak perlu pergi jauh dengan membawa perlengkapan. Tak perlu kuatir terhalang hujan turun atau terjebak macet di jalan. Tak perlu gonta-ganti peralatan (laptop, smart phone, dll) sejauh masih baik. tak perlu kostum khusus saat nulis.  Tak perlu kecil hati karena tak ada kawan yang menemani.

Penandaan gaya hidup cukup terlihat ketika identitas Kompasianer melekat di karya-karya tulisan yang telah dipublish, yang bisa ditunjukkan kepada lingkungan keluarga dan teman sebagai ‘kebanggaan diri’ telah jadi bagian dari komunitas kesenangan.

Jelas bahwa Kompasiana telah menjadi bagian manusia kekinian sebagai pilihan gaya hidup - sebuah pilihan yang tak hanya mengumbar waktu, tenaga dan biaya seperti gaya hidup lainnya - namun telah menjadi gaya hidup (life style) yang mampu memberi nilai tambah bagi kebutuhan primer manusia kekinian, yakni informasi.

Saya ingat kata pepatah dari bu guru dahulu ; “Bila ada sumur di ladang bolehlah kita numpang nulis artikel Kompasiana”.  Ternyata di sumur pun bisa menikmati gaya hidup !

“Biarpun hujan emas di negeri orang, ternyata lebih nikmat hujan kata dan kalimat di Kompasiana. Bersakit-sakit kita pada bulu, tapi bersenang-senang kita ke Kompasiana”. Kenapa demikian? Bukankah ‘Air cucuran kata jatuhnya ke Kompasiana juga?’

Nah, kalau dua pepatah terakhir itu apa coba? Itulah uniknya gaya (yang) hidup ketika ber-Kompasiana !

Selamat menjalani aktivitas primer.

------------

Pebrianov24/05/2016

Referensi :

Link : Satu, Dua

Amir Piliang, Yasraf. (1998) : Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, Penerbit Mizan.

Amir Piliang, Yasraf. (2004) : Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan Penerbit Jalasutra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun