Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Pemilih Jakarta Cerdas?

5 April 2016   16:27 Diperbarui: 5 April 2016   19:31 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar ; http://www.jpnn.com/picture/normal/20160323_224847/224847_652499_Pilkada_Kotak_d.jpg"]

[/caption]

Pemilih di Jakarta Cerdas?

Munculnya pernyataan 'Pemilih Cerdas' bertujuan meyakinkan banyak pihak bahwa masyarakat pemilih secara independen mampu memilih calon pemimpinnya. tak mudah dipengaruhi isu negatif yang beredar saat masa pemilihan Gubernur (juga pemilu legislatif dan presiden).

Masyarakat Jakarta dekat sumber informasi. Secara geografis Jakarta bukan wilayah sulit sehingga sebaran informasinya jadi mudah, cepat dan merata keseluruh warga. Hal ini membuat mereka terbiasa dan terlatih menyaring serta memilih informasi yang berguna bagi kehidupan bersama. Dengan kondisi ini apakah mereka jadi pemilih cerdas?

Kalau dilihat dari perjalanan Pemilu di Jakarta sejak masa reformasi hingga sekarang hampir tidak ada konflik horizontal antar pendukung calon. Hal ini berbeda dengan wilayah lain di Indonesia seringkali terjadi konflik yang menimbulkan korban materi dan nyawa.

Kalau suatu pemilu menimbulkan kerugian material dan korban jiwa, maka masyarakat demokrasi tersebut tidak cerdas karena mereka tidak menggunakan pikiran jernih dalam pesta demokrasi, mudah terprovokas, rawan rusuh, dan lain sebagainya. Hasilnya adalah kerusakan dan kehancuran, bukan pembangunan berkelanjutan.

Sejatinya, Demokrasi menjadikan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Masyarakat Jakarta saat ini sedang menjelang pesta demokrasi pemilihan gubernur. Waktu hari H masih setahun lagi, namun suhu politik sudah menghangat, rerjadi 'perang' antar pendukung dan sang bakal calon di media. Banyak isu negatif beredar, dan pernyataan tak pantas dari para bakal calon.

Rentang waktu menjelang hari H menjadi barometer faktual pertama, semantara rentang waktu pasca hari H pemilihan jadi barometer kedua. Baik sebelum dan sesudah hari H punya nilai yang sama yakni Demokrasi sejati. Seluruh  proses pemilu-pilkada berjalan damai siapapun pemimpin yang menang.

Pemilih Jakarta diyakini cerdas oleh banyak pihak, namun itu masih sebatas keyakinan. Pemilih Jakarta masih harus membuktikannya dalam wujud nyata sebagai sesuatu yang faktual pada Pilgub DKI 2017. Jangan sampai Pemilih Cerdas di Jakarta tak lebih hanya Hoaks dari sumber abal-abal.
------
Pebrianov4/04/2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun