Kenapa Tidak Ada Pengakuan Diri?
Istilah Preman berasal dari bahasa Belanda yakni 'Vrijman' yang artinya orang bebas-merdeka yang dimaknakan kepada sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat lain.(Wikipedia.com). Menurut pengertian Kamus bahasa Indonesia, Preman adalah orang yang bukan tentara ; orang sipil, Swasat atau partikelir. (sumber ; http://kbbi.web.id/preman)
Bila merujuk pada pengertian sesuai kamus Bahasa Indonesia, tidak ada yang bernuansa negatif. Bandingkan dengan asal kata Vrijman. Lalu, pengertian mana yang layak digunakan?
Persoalan bukan pada defenisi diatas kertas, namun pada pengertian di dalam masyarakat. Pemaknaan Kata Preman sudah begitu berkembang dan mengakar sebgai sosok yang negatif. Dengan demikian, bila seseorang dikatakan Preman akan mendapt stigma negatif.
Tidak ada seorangpun yang mau dikatakan sebagai orang jahat walau dalam tindak tanduk, atau cara dia mendapatkan penghasilannya dengan cara merugikan orang lain, merampas hak orang lain atau bahkan mengancam jiwa orang lain.
Pada 'preman berdasi' tidak berdasarkan kekuasaan wilayah dan kelompok masyarakat. Tidak ada pengakuan dari kelompok masyarakat untuk mempertegas kekuasaannya. Sementara pada Preman 'saja' ada sikap ambigu. Di satu sisi mereka senang bila ditengah masyarakat yang dikuasainya itu dianggap Preman. Dengan begitu hegemoni dan eksistensi mereka menjadi kuat/kokoh, dan kekuasan mereka makin nyata demi kelangsungan mata pencaharian 'negatif ' mereka. Namun di sisi lain, secara formal mereka menolak dikatakan preman. Pada konteks ini, keberadaan Preman menjadi sosok ada dan tiada.
------
Pebrianov27/02/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H