Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ambiguitas Preman, Antara Ada dan Tiada

27 Februari 2016   14:56 Diperbarui: 27 Februari 2016   15:22 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Preman, sumber gambar; pbs.twimg.com"][/caption]

" ....yang disiarkan di televisi-televisi itu pendapat sepihak. Kalau misalnya di sini sarang preman, mari kita sama-sama meng-kroscek (baca: mengecek kembali) . Saya juga mau tahu preman itu warnanya seperti apa? Jadi tidak ada preman di Kalijodo. Tapi kalau bisa dibilang ada yaitu pensiunan penjahat " (Daeng Azis). Sumber

-------

Mendengar kata Preman maka secara umum orang cenderung membayangkan sosok penguasa suatu wilayah, bertampang seram, berlaku kasar dan jahat, jago berkelahi dan sulit ditangkap polisi. Itulah mengapa banyak orang awam mengindari berurusan dengan preman. Mereka kuatir akan menjadi obyek kejahatan si Preman.

Istilah preman kemudian berkembang. Ketika kejahatan korupsi marak maka istilah Preman juga disematkan pada pelaku korupsi tersebut dengan tambahan 'Berdasi', sehingga disebut 'Preman Berdasi'. Para pelakunya adalah sekelompok orang pintar dan terpelajar yang punya kedudukan atau jabatan publik.

Asal Istilah Preman

Munculnya Istilah 'Preman' dan 'Preman Berdasi' seolah ada 'kasta' dalam dunia kejahatan. Preman sebagai penjahat 'kasta rendah' yang oleh kalangan rakyat kecil, sedangkan 'Preman Berdasi' di kalangan elit pejabat publik dan pengusaha.

Kalau 'Preman' saja memiliki lingkup kekuasaan wilayah tertentu, sedangkan 'Preman Berdasi' tak memiliki wilayah namun mereka berkuasa atas kewenangan atau kebijakan tertentu yang tak mengenal batas administratif. Jadi bersifat lebih luas dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Uniknya, ada semacam kode etik diantara Preman 'saja' . Masing-masing 'penguasa' wilayah hanya mengurusi wilayahnya dan tidak 'saling ganggu' yang bukan wilayah kekuasaannya, kecuali bila ada kasus khusus. Diantara preman seolah 'saling menghormati' wilayah kekuasaannya. Dengan demikian Preman 'saja' sudah menyatakan dirinya secara terbuka sebagai 'preman' walau bila ditanya secara langsung hampir tidak ada yang mau dikatakan sebagai 'Preman'.

Penyebutan preman hanya sebuah istilah yang beredar di kalangan orang-orang yang tinggal di wilayah si Penguasa. Merekalah yang di kesehariannya yang merasakan hegemoni si Preman (penguasa).

Berbeda dengan 'Preman Berdasi', mereka tidak punya wilayah dan kelompok masyarakat yang secara masif dikuasai. Namun satu kesamaan 'Preman' dengan 'Preman Berdasi' adalah keduanya tidak akan mengakui bahwa mereka 'Preman'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun