Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Beli Rumah Komplek atau Bangun di Tanah Sendiri, Mana yang Dipilih?

31 Januari 2016   13:00 Diperbarui: 31 Januari 2016   17:10 3943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada rumah komplek ini, setting diri setiap penghuni rumah diabaikan. Semua penghuni dianggap sama. Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga banyak disamakan dengan yang beranggota sedikit. Keluarga yang berlatar belakang budaya Jawa disamakan dengan yang berlatar belakang Batak, Minang, Bugis, Dayak, Melayu, Tionghoa, dan lain sebagainya. Keluarga seniman musik disamakan dengan pengurus partai anu, pegawai negeri, karyawan swasta, tentara, penjual bakso, tukang bangunan, dan lain sebagainya. Kepala keluarga yang punya hobby memelihara burung disamakan dengan yang berhobi musik Rock, menulis, dan lain sebagainya.

[caption caption="https://jasarenovasirumah2014.files.wordpress.com/2013/12/d68cc-tahapanmembangunrumah.jpg"]

[/caption]

Membangun di Tanah Sendiri

Cara ini relatif lebih ribet. Andai belum punya tanah, maka terlebih dahulu harus mencari tanah kosong. Ini pekerjaan yang tidak mudah. Kadang luasan yang dibutuhkan sudah sesuai kebutuhan, namun lokasinya tidak memenuhi harapan misalnya jauh dari keramaian, terpencil, sulit diakses karena belum ada jalan, menyempil dibelakang permukiman penduduk, dan lain-lain. Belum lagi menyangkut stigma lingkungan sekitar tanah kosong tersebut, misalnya ; kawasan pelacuran, kawasan pencoleng, yang membuat rasa tidak nyaman dan tidak aman.

Bila tanah kosong sudah didapat maka harus menyiapkan pembanguna, mulai dari perencanaan/desain rumah, memilih tukang bangunan (pelaksana), memilih/ membeli bahan material, dan juga pengawasan pembangunan. Walaupun sudah ada 'kontraktor' yang melaksanakan pembangunan, namun si Pemilik mau tidak mau harus sering datang mengawasi untuk mengetahui perkembangan, kesesuaian desain, perubahan desain dan material, dan lain sebagainya. Mau tidak mau ada waktu dan tenaga yang harus disisihkan diantara kesibukan utama/bekerja. Seringkali dalam masa pembangunan rumah, si Pemilik dilanda stress karena ikut mengurus dan memikirkannya.

Satu keuntungan membangun sendiri ; rumah dibangun sesuai dengan setting diri yang menyangkut aspirasi, keinginan, kebutuhan, dan kesenangan si Pemilik. Tingkat kepuasan yang dicapai bisa lebih besar karena apa yang dibayangkannya tentang hunian yang nyaman bisa diwujudkan di rumah tersebut.

[caption caption="sumber gambar ; http://rumahpengaduan.com/wp-content/uploads/2014/06/Kredit-Rumah.jpg"]

[/caption]

Pemilihan Cara Mendapatkan Rumah

Hal yang harus dicapai pasangan rumah tangga untuk memiliki rumah sendiri adalah fase memilih cara. Pada fase ini, berarti sudah ada keinginan memiliki rumah sendiri, sudah siap dengan mental-dana-waktu-tenaga, serta sudah punya referensi ragam alternatif cara memiliki rumah sendiri. Kalau belum memasuki fase ini, maka untuk memiliki rumah masih belum jelas.

Memilih cara mendapatkan rumah ditentukan setiap diri pasangan rumah tangga. Mana yang cocok tentunya disesuaikan banyak faktor, misalnya kemampuan dan ketersediaan biaya, kesabaran, lokasi pekerjaan, konsep hidup yang sedang dan akan dijalani, dan lain-lain. Diperlukan visi yang sama dalam pasangan rumah tangga agar pilihan cara tadi menjadikan rumah nyaman dihuni. Untuk itu perlu dibangun komunikasi sejak awal dengan pasangan hidup.

Pebrianov31/01/2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun