Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Luka Batin Publik pada Golkar Jelang Reshuffle Kabinet Jokowi

14 Januari 2016   05:31 Diperbarui: 14 Januari 2016   06:51 3180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="sumber gambar ; http://cdn.tmpo.co/data/2014/04/12/id_280431/280431_620.jpg"][/caption]Adakah luka tanpa kesembuhan?
Apakah di batin yang pernah terluka bisa terbangun kepercayaan baru ?

Luka fisik tubuh seseorang dapat sembuh dalam waktu cepat dengan tindakan medis yang tepat. Selalu ada obat terbaik. Waktu kesembuhan pun dapat diperkirakan. Namun bagaimana dengan luka batin rakyat oleh ulah Politikus?

Partai Golkar dan luka batin publik

Masih belum pupus dalam ingatan akan atraksi politis terbaru partai Golkar di hadapan publik. Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) diduga mencatut nama Presiden untuk mendapatkan saham Freeport. Kejadiannya tak berselang jauh saat beliau bertemu tokoh kontroversial Donald Trump di Amerika. Dua hal itu telah menjadi 'Kasus Besar' yang bikin malu dan heboh. Publik dibuat sangat kecewa dan marah. Timbul rasa geram, antipati dan bahkan sumpah serapah terhadap Setnov dan partai Golkar.

Pada kasus 'Trump' ini, Setya Novanto (Golkar) 'hanya' mendapatkan sangsi peringatan 'lisan'. Sebuah sangsi etika berkelas 'ringan'. Sementara pada pencatutan nama presiden bahkan tidak ada sangsi yang jelas sementara pengadilan etika sudah menampakkan hasil bahwa Setya Novanto 'bersalah berat'.

Sebuah manuver politik cerdas namun licik dilakukan partai Golkar menyelamatkan mukanya. Skenario begitu rapi tersusun. Aksi dilakukan sangat jeli. Partai Golkar bisa menjadikan Setya Novanto luput dari sangsi kelembagaan DPR.

Publik dibodohi oleh aksi heroik kelompok Golkar ulah tak etis pemimpinnya. Tidak ada stempel bersalah bagi Setnov walau publik jelas menyaksikan pengadilan etika bahwa dia bersalah. Celakanya, setelah mengundurkan diri dari ketua DPR, Golkar tetap menjadikan dia pemimpin, yakni di fraksi. Soal kesalahannya yang terpampang di publik seolah tak digubris Golkar.

[caption caption="Sumber gambar ; http://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2011/09/luka-batin.jpg"]

[/caption]Apa yang telah dipertunjukkan Golkar melukai batin rakyat. Keadilan dihina. Presiden dilecehkan. Keberadaan lembaga DPR direndahkan. Dan publik selaku pemberi mandat tidak dianggap sama sekali. Sungguh sebuah luka batin yang menganga besar, tanpa rakyat bisa berbuat banyak. Hanya bisa menerima sambil kesakitan dan mengaduh di dalam hati.

Namun apa yang kemudian terjadi?

Kini Golkar dikabarkan akan merapat ke pemerintahan Jokowi. Mereka berbaik-baik terhadap Presiden Jokowi yang dulunya mereka lecehkan. Mereka ingin bergabung membangun negara bersama pemerintah. Tidak ada permintaan maaf terbuka kepada Presiden sebagai awal 'bekerja sama'. Tidak ada pengakuan bersalah sebelum 'bertobat' ingin bergabung membantu pemerintahan yang berkuasa. Lagi-lagi Rakyat dibuat tersakiti.

Luka batin sulit sembuh, namun bukan berarti tak bisa dikendalikan agar tak menghambat langkah menuju masa depan. Demikian juga luka batin rakyat. Luka batin politik pemerintahan Jokowi.

Di sisi lain, ada pihak yang datang ingin membantu pemerintahan. Pihak inilah yang dulu membuat luka batin itu. Haruskah di tolak?

Dibutuhkan kekuatan diri yang maha besar bagi rakyat dan pemerintahan Jokowi untuk mengendalikan luka batin diri. Menerima 'musuh kedalam rumah' yang ingin bernaung dan hidup bersama adalah 'simalakama'. Sebuah pertaruhan besar bagi kedamaian rumah yang sebelumnya sudah solid tercipta.

Bila tak diterima, bukan menjadi contoh yang baik bagi penciptaan 'kebersamaan membangun negeri'. Namun bila diterima, ada kekhawatiran akan membuat luka batin baru. Sebuah luka yang bisa saja melumpuhkan kebersamaan itu sendiri yang jauh lebih besar.

[caption caption="sumber gambar :https://remahremahroti.files.wordpress.com/2014/04/luka-hati.jpg"]

[/caption]Kenapa kuatir?

Karena sejarah luka batin tak diupayakan penyembuhan oleh Golkar dengan permintaan maaf terbuka kepada rakyat dan pemerintah Jokowi. Ini pertanda sebuah arogansi dan sikap tidak baik partai Golkar. Kalau pihak yang memiliki sikap yang tidak baik masuk ke pemerintahan, apa yang nanti bisa diharapkan kelak? Apakah akan menjadi penghambat soliditas pemerintahan?

Tak perlu lagi bertanya pada Golkar. Karena rakyat yang terluka batinnya sudah mencatat dengan tinta merah. Pertanyaan ini justru ditujukan kepada pemerintahan Jokowi. Tantangan Jokowi adalah menjawab pertanyaan itu dengan suatu tindakana tegas, atau menunjukkan kemampuan mampu menjadikan 'si Musuh-peluka batin' itu kawan baru yang punya kontribusi positif membangun negeri ini. Sekaligus menyembuhkan luka batin rakyat

Bisakan, pak Jokowi? Kalau tidak bisa, maka situasi bisa berbalik, kelak si Peluka batin rakyat yang baru itu adalah Pemerintahan Jokowi. Semoga saja tidak terjadi.

Salam damai 

[caption caption="Sumber gambar ; http://1.bp.blogspot.com/-0r7xNeiriDI/Uz1yPSzCPTI/AAAAAAAABDU/FohZqWxz80Y/s1600/fj.jpg"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun