Di sisi lain, ada pihak yang datang ingin membantu pemerintahan. Pihak inilah yang dulu membuat luka batin itu. Haruskah di tolak?
Dibutuhkan kekuatan diri yang maha besar bagi rakyat dan pemerintahan Jokowi untuk mengendalikan luka batin diri. Menerima 'musuh kedalam rumah' yang ingin bernaung dan hidup bersama adalah 'simalakama'. Sebuah pertaruhan besar bagi kedamaian rumah yang sebelumnya sudah solid tercipta.
Bila tak diterima, bukan menjadi contoh yang baik bagi penciptaan 'kebersamaan membangun negeri'. Namun bila diterima, ada kekhawatiran akan membuat luka batin baru. Sebuah luka yang bisa saja melumpuhkan kebersamaan itu sendiri yang jauh lebih besar.
[caption caption="sumber gambar :https://remahremahroti.files.wordpress.com/2014/04/luka-hati.jpg"]
Karena sejarah luka batin tak diupayakan penyembuhan oleh Golkar dengan permintaan maaf terbuka kepada rakyat dan pemerintah Jokowi. Ini pertanda sebuah arogansi dan sikap tidak baik partai Golkar. Kalau pihak yang memiliki sikap yang tidak baik masuk ke pemerintahan, apa yang nanti bisa diharapkan kelak? Apakah akan menjadi penghambat soliditas pemerintahan?
Tak perlu lagi bertanya pada Golkar. Karena rakyat yang terluka batinnya sudah mencatat dengan tinta merah. Pertanyaan ini justru ditujukan kepada pemerintahan Jokowi. Tantangan Jokowi adalah menjawab pertanyaan itu dengan suatu tindakana tegas, atau menunjukkan kemampuan mampu menjadikan 'si Musuh-peluka batin' itu kawan baru yang punya kontribusi positif membangun negeri ini. Sekaligus menyembuhkan luka batin rakyat
Bisakan, pak Jokowi? Kalau tidak bisa, maka situasi bisa berbalik, kelak si Peluka batin rakyat yang baru itu adalah Pemerintahan Jokowi. Semoga saja tidak terjadi.
Salam damaiÂ
[caption caption="Sumber gambar ; http://1.bp.blogspot.com/-0r7xNeiriDI/Uz1yPSzCPTI/AAAAAAAABDU/FohZqWxz80Y/s1600/fj.jpg"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H