Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terungkap, Seorang Kompasianer Norak Turut Diundang Ke Istana

13 Desember 2015   18:37 Diperbarui: 14 Desember 2015   00:34 4017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ruang Resepsi Istana Negara || sumber gambar ; http://polaris.bluefameupload.com"][/caption]

Terungkap, seorang Kompasianer norak turut diundang ke Istana. Siapa dia?

Sebenarnya masalah ini relatif sensitif. Hal yang sensitif bila berlangsung lama dan tak terkontrol bisa membuat suasana batin tidak nyaman. Bisa bikin blunder yang berakibat rusaknya relasi dengan lingkungan. Oleh karena itu hal sensitif perlu diungkapkan agar tak lagi menjadi sensitif terutama setelah muncul polemik.

Tentu ada pertanyaan, siapa orang norak itu?
Tentu harus punya sikap yang tegas dan keberanian untuk mengatakannya. Walau nantinya akan dihujat, dibuliy, dilecehkan, atau pun dijauhi sebagian orang. Tak masalah bagi si Norak,  kebenaran harus diungkapkan. Dan kelak, anda akan tahu sendiri setelah membaca artikel ini sampai habis agar tidak ikutan norak.

Menurut kamus KBBI, Norak adalah ; "merasa heran atau takjub melihat sesuatu; 2 sangat berlebih-lebihan; kurang serasi (tentang dandanan dan sebagainya); kampungan: "
(sumber ; http://kbbi.web.id/norak)

Pertanyaan berikutnya, kenapa Kompasianer tersebut Norak? Inilah yang jadi isi artikel ini. Tapi sebelumnya pembaca harus memahami dulu defenisi Norak, agar tak terjadi gagal paham yang berefek pada hil-hil yang mustahal, apalagi bila berimbas ke pihak lain yang tidak Norak, wah ! Bisa hancur gula di adukan kopi hangat. Bisa rusak susu sebesar belanga. Bisa panas Balaaam ! Apalagi bila pembalutnya tipis dan tak pakai wondergel. Bocooor...bocoor !

Kompasianer Norak dan Undangan dari Istana

Kompasianer Norak  ini orang kampung yang menganut Norak-isme jauh sebelum republik ini berdiri. Karena faham itulah ditengah ragam pendapat dan potensi dikritik maka dia berlaku tanpa malu-malu, tanpa ragu, tanpa pretensi yang negatif, tanpa rasa gundah gulana, tanpa mikir yang aneh-aneh, rela dan tabah dikatain penjilat, rela dan tabah berada dalam kontroversi apapun.

Tadinya si Kompasianer itu mengira diundang ke Istana Negara via telpon mbak Admin karena menduga salah satu alasannya dia menjadi Nominee Kompasianer of The Year. Cuma itu yang dia tahu. Mendapatkan semacam 'ex officio'. Atau justru semacam Wild Card. Tapi perkembangan berita belakang justru terjadi kontroversi tentang kriteria di kalangan sejumlah Kompasianers, yang juga adalah kawan-kawan si Kompasianer Norak ini.

[caption caption="Foto Kartu undangan jamuan makan siang. Setelah acara usai, saya dengan gaya norak maju ke depan minta tanda tangan pak Jokowi. Akhirnya dapat juga. || sumber foto ; Dok.Pribadi"]

[/caption]

Dasar si Kompasianer Norak, dia tak ambil pusing. Kenapa? Karena dia Kompasianer Norak. Titik! Yang dia jalankan adalah faham Norakisme-nya, sembari menghargai apapun cap, labeling, stigma yang bakal diberikan kepada dirinya sebagai salah seorang yang diundang ke Istana Negara.

Sebagai Kompasianer Norakisme sejati, maka dia jalankanlah faham itu dengan sungguh-sungguh, secara profesional dan teguh kukuh berlapis baja.

Dia datang awalnya pakai kaos dan jeans. Menenteng ransel berisi baju-baju resmi. Habis lapor kepanitia, ternyata urutan absen si Norak sudah lewat. Sama panitia ; "entar dipanggil lagi untuk tanda tangan". Maka si Norak minta ijin dulu ke toilet untuk ganti baju.

Karena dandannya mungkin kelamaan, maka ketika kembali lagi ke area absensi ternyata sudah pada kosong! Kemana orang-orang yang mau berangkat? Kemana panitia tukang absen tadi? Gimana nasib si Norak?

Untunglah ketemu kang Pepih yang nampak lagi sibuk, salaman sebentar. Trus katanya " Eh, cepat dikit kedepan sana! Rombongan udah nunggu dengan bis di parkiran". Siyaap, boss!

Dasar kompasianer Norak, cuma bisa cengengesan. Untungnya lagi ketemu Kompasianer Ando Ajo yang setia kawan. Dia khusus datang menjemput si Norak dan mengabarkan sudah ditunggu di depan Mall. Maka dengan semangat 45, bersama Ando Anjo bergegas. Di lobby Mall sempat bertemu Desol yang sedang menyembunyikan Belatinya, serta Mbak Mercy juga seorang admin. Kami pun menuju area parkir bis.

Panitia masih siap-siap di halaman. Masih koordinasi ini-itu. Sementara peserta sudah banyak yang masuk bis. Setelah si Norak absen, masuklah dia ke bis. Ternyata di bis itu berisi kaum 'lansia' berjiwa muda. Terbukti di sana ada Pak Thamrin Dahlan, Pak Thamrin Sonata, pak Tjip dan Ibu, dan lain-lain. Yang matang manggis terlihat Ahmad Suwefi, Mas Hidayat, Thomson Cyrus, Mbak Mercy, ada juga Ella (mantan Admin)dusuk di samping si Norak. Mbak Ella pun pun bisa asik diajak ngobrol soal dinamika admin Kompasiana. Si Norak jadi paham sedikit dinamika mereka.

Terbongkar Kenorakan si Norak

Keasikan ngobrol, baru tersadar bahwa si Norak memang Norak. Dia pakai baju batik lengan pendek, sementara peserta lain pakai batik lengan panjang. Ah, bikin kedat-kedut saja ! Untunglah bawa jaket semi jas atau jas semi jaket (?). Maka Batik lengan pendek+Jas menjadi Batik Lengan Panjang. Betul tidak teman-teman?
Ini fotonya :

[caption caption="Kompasianer jas hitam paling kanan yang paling Norak, Bajunya lain sendiri. Foto di samping Istana Negara bersama Kompasianer berbatik berlengan panjang, yakni ; pak Isson Khairul, Pak Thamrin Sonata, pak Iskandar Zulkarnaen, dan pak...(maaf lupa namanya) || sumber foto Dok. Pribadi"]

[/caption]

Norak nyobain wc Istana.
Karena istana negara ac nya dingin, bikin tubuh mengkerut walau sudah pakai baju dua lapis. Efek mengerutnya yakni produksi kentong kemih meningkat. Maka tanpa malu si Norak permisi ke toilet pada petugas istana yang berwajah dingin.

Ternyata gini toh wc Istana Negara.
Ini fotonya (Disensor, heu heu heu..)

Paling Norak ketika usai dari Istana dan kembali ke Gandaria City. Disana bertemu dan ngopi bareng pak Axtea, Opa Jappy, Pak Mabate Wae, Mbak Mike Reyssent dan Suami. Kami bicara 'serius' soal anu, ano, ane, ana dan ani.

[caption caption="Si Norak paling kiri berbaju jas hitam. Disebelah kirinya berturut-turut pak Axtea99 (baju kotak-kotak), Mike Reysent menggendong Grace-anaknya, Opa Jappy (baju oranye),Mas Agil 'Kenthir' (kacamata hitam). Sementara pak Mabate lagi kabur entah kemana. Heu heu heu ! Sumber foto ; Mike Reyssent"]

[/caption]

Setelah itu Si Norak permisi mau ganti baju ala Istana menjadi kostum superhero ala kadarnya, trus 'ngacir' ke Booth Planet Kenthir. Bertemu mas Amall dan Engkong Ragille. Heu heu heu !

[caption caption="Di Booth Planet Kenthir, Si Norak berbaju merah bersama pentolan Planet Kenthir- Engkong Agil. Lihat saja gayanya, Kenthir 'Bloon' nya yang mantap surantap ! || sumber ; Dok. Pribadi"]

[/caption]

Tepat pukul 17.00 si Norak pamit meninggalkan acara untuk pulang karena kereta sudah menunggu.

Sebenarnya Si Norak masih ingin tetap berada di Kompasianival2015 sampai hari ke 2, tapi karena tugas tidak bisa ditinggalkan, maka harus rela dan tabah meninggalkan suasana ceria. Tapi ceria di hati tetap jalan teruss !

Momen Kompasianival2015 terasa singkat, tapi tanpa kehilangan kesan yang mendalam.

Demikianlah laporan ini saya sampaikan dengan penuh kenorakan dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun.

Terimakasih untuk semuanya.

-------

Pebrianov13/12/2015 

[caption caption="dok.pribadi"]

[/caption] 

 

[caption caption="sumber foto dok. Pribadi"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun