[caption caption="Setya Novanto Ketua DPR-RI || sumber gambar ; http://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/ketua-dpr-setya-novanto-_151123141404-773.jpg"][/caption]
Banyak orang menanti HHC (harap-harap cemas) tentang hadir-tidak nya SN (Setya Novanto) pada sidang Kode Etik di hadapan MKD.
Setya Novanto adalah aktor utama di kasus 'Papa minta saham', maka ketika giliran dia dipanggil MKD menjadi momen yang ditunggu-tunggu publik.
Saat menunggu itu menjadi momen tersendiri yang sungguh seksi karena begitu banyak prediksi dan analisis bermunculan. Masing-masing prediksi memuat argumentasi valid berdasarkan beragam faktor dan varabel penyebabnya.
Namanya saja prediksi, setiap orang sah-sah saja membuatnya. Setidaknya bisa sebagai tambahan referensi publik. Soal benar-tidaknya prediksi itu adalah faktor kesekian. Namanya juga prediksi, belum pasti. Hanya Prakiraan. Tak lebih sebuah Ramalan.
[caption caption="http://siakinvestigasinews.com/wp-content/uploads/2015/04/politik-seni.jpg"]
Prediksi-Konspirasi sebagai Magnet
Sebagian publik yang sejak awal apatis terhadap kasus ini. Sebagain lagi tetap fokus ingin tahu kelanjutan kasus sampai 'penyelesaian akhir'. Kedua sikap ini bisa bersatu menjadi keingintahuan bersama bila banyak prediksi beredar yang memuat konspirasi.
Antara Kasus dan Prediksi-Konspirasi bisa berjalan paralel, untuk kemudian mencari titik temu di perhentian ke sekian. Inilah yang menjadikan Kasus 'Papa minta saham' menjadi menarik. Salah salah satu momen besarnya adalah kesaksian SN.
Masalahnya adalah apakah SN akan datang?
Ada yang memprediksi SN tidak akan hadir karena hadir atau tidak, hasilnya tetap sama yakni SN akan terkena sangsi pelanggaran kode etik. Ada pula yang mempredikis SN tetap akan hadir sebagai bukti dirinya politikus gentelman.
Masih banyak lagi prediksi-konspirasi yang bisa muncul. Kebanyakan tertuju pada Hadir-Tidak nya SN di ruangan. Ini sungguh keliru besar ! Jangan lupa, ini adalah politik, bukan hitungan matematis disekolah yang 1+1 = 2. Ingat ! Dalam politik hasil hitungan itu bisa jadi 10, 5, atau bahkan 0 !
Sebagai contoh berikut tiga buah prediksi-konspirasi Hadir-Tidaknya SN di sidang MKD.
[caption caption="http://1.bp.blogspot.com/_jQaYI5vn_Ls/TUfvLW36NaI/AAAAAAAAFEI/ZVF3aAYw71s/s320/p4ba43b6f3ada5_Qomar-suap-bi.jpg"]
Konspirasi satu
Pertama, SN datang pada sidang MKD, sebelumnya dia sudah isi absen dan diambil sumpahnya. Acara dimulai dengan pembukaan. Ketika memasuki acara puncak sidang, SN mendadak pingsan sehingga harus digotong ke luar dan dilarikan ke rumah sakit. Pingsan beneran atau pura-pura itu masalah taktik klasik.
Secara de jure, SN telah hadir dan gentel menghadapi sidang MKD. Hanya karena faktor 'force majeure' maka SN tidak bisa dipersalahkan. Sementara di sisi lain dia telah menjalankan kewajibannya.
Selanjutnya yang akan disidang adalah dokter yang menangani SN pingsan. Para dokter ini akan dicerca pertanyaan cerdas dan tajam dari para hakim MKD, kenapa SN bisa pingsan, kenapa tidak hadir untuk menahan kepingsanan SN, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
[caption caption="http://news.indonesiakreatif.net/wordpress/wp-content/uploads/2014/08/20140807_Pameran_Serangan_Fajar_6.jpg"]
Konspirasi dua
Ketika acara seremonial pembukaan sudah selesai, dan memasuki puncak sidang, mendadak SN mendapat istri SN menelpon sambil menangis-nangis memintanya segera pulang. Alasannya sudah kangen berat. Tentu saja dengan alasan kemanusiaan hal itu disetujui hakim MKD yang cerdas dan humanis. Bahkan SN diusulkan sebagai suami teladan, simbol suami sayang istri. Secara etika, SN sudah bertindak benar.
Konspirasi tiga
Sudah dipastikan SN bersedia datang. Dia berangkat dari rumahnya. Diperjalanan dia terjebak macet dalam tempo yang lama. Sialnya ketika beban macet mulai berkurang, kedua ban mobilnya bocor. SN terpaksa ikut mendorong mobil ke bengkel terdekat. Waktu nungguin ban ditambal dibengkel, ehhh...SN ketiduran karena kecapeaan di kursi panjang dibengkel itu. Tukang tambal ban nya merasa tak tega tega membangunkan SN karena melihat SN nyenyak tidurnya. Setelah bangun dia tiba di tempat sidang, dan ruang sidang mulai kosong, para hakim MKD sudah pulang, demikian juga pers dan pengunjung. Tapi buku absen belum dikemas. Karena merasa segan, petugas buku absen memberikannya kepada SN untuk diisi. Maka secara 'de jure', SN telah hadir si ruang sidang !
Proses selanjutnya berkembang, terjadi pemutaran logika. Maklum saja, ini politik. Banyak logika awam bisa terbolak-balik.
Pertama,
Karena SN dan Tim Pemikirnya tak mau dipersalahkan, maka dicari kambing hitam. Pertama dicarilah para pengendara lalu lintas yang membuat mobil SN terjebak macet. Saat macet itu SN merekam situasinya sehingga lebih mudah memberi bukti dan mencari penyebabnya. Para pengendara itu akan dipanggil ke sidang MKD terlebih dahulu untuk ditanyai para hakim MKD. Hampir pasti mereka akan dicecar pertanyaan tajam dan cerdas para hakim MKD.
Kedua,
Dicarilah penebar baku jalanan yang membuat kedua ban mobil SN bocor. Maka sibuklah aparat terkait dilibatkan untuk menemukan si penebar paku. Bila tak ketemu, maka paku itulah dianggap penanggung jawab utama. Maka paku itu akan dihadirkan dalam sidang MKD dan ditanyai hakim MKD dengan pertanyaan cerdas dan tajam kenapa berada di jalanan, apa tujuan, dan motifnya, siapa yang menyuruh paku ada di jalan, dan lain sebagainya.
Ketiga,
Tukang tambal ban yang tidak membangunkan SN saat tertidur akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya. Dia akan dicerca pertanyaan cerdas dan tajam para hakim MKD kenapa tidak membangunkan SN, apa maksud dan motifnya, siapa yang menyuruh tidak membangunkan SN, dan lain sebagainya.
Konspirasi ketiga,
Undercontruction
-----
[caption caption="http://2.bp.blogspot.com/-HglUEa5sYfs/UeJUBaUHemI/AAAAAAAAAW8/oZbsWdpykS4/s640/wayang.jpg"]
Pembelajaran yang didapatkan
Fenomena politik di negeri ini penuh dengan aksi-aksi mengejutkan dari para pelakunya. Lihat saja sidang pertama ketika Sudirman Said bagai pesakitan di hadapan 'hakim MKD'.
Seperti yang sudah diulas diawal, politik tidak bisa disamakan dengan perhitungan matematis yang selama ini menjadi 'base' cara berpikir awam. Bagi dunia, 'tak ada yang tidak mungkin'. Angin yang tak dapat membaca bisa dibuat membaca. Air  umumnya bergerak dari permukaan yang tinggi ke permukaan lebih rendah bisa dibuat sebaliknya. Dan lain sebagainya.
Salahkah semua itu?
Karena politik adalah sebuah 'seni mengolah kepentingan publik', maka tidak ada yang salah sejauh itu dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi dan praktek koncoisme, melainkan untuk kepentingan masyarakat luas. Demi kesejahteraan rakyat, dan membangun kebanggaan bangsa kalau perlu orang politik menjadikan matahari terbit dari barat demi rakyat, bangsa, negara dan kemanusiaan universal !
Bagi insan politik, semua sudut pandang, faktor, variabel, baik yang tampak maupun tidak tampak bisa diangkat menjadi 'sesuatu' yang bisa memperkuat kepentingan politis. Dan hebatnya, sebuah faktor yang semula kecil bisa menjadi besar dan memenangkan kepentingan politik tersebut.
Disatu sisi hal ini tampak cerdik, cerdas dan unik, walau itu harus melangkahi logika awam. Di sisi lain, timbul kekecewaan awam terhadap masalah peradilan politis, namun pelaku politik menganggap bahwa kekecewaan awam bersifat sementara. Setelah itu semua akan berjalan seperti biasa.
Bagaimana dengan nasib SN? Silahkan anda berpikir sendiri. Semoga referensi anda bertambah banyak dan variatif, sserta mampu menjadikan anda awam yang tak kalah cerdas dibandingkan sejumlah 'kecerdikan' pelaku politik.
------------
Pebrianov6/12/2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H