Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seni Politik dan Teori Konspirasi Hadir-Tidaknya SN di Sidang MKD

7 Desember 2015   01:41 Diperbarui: 7 Desember 2015   02:54 1827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="http://2.bp.blogspot.com/-HglUEa5sYfs/UeJUBaUHemI/AAAAAAAAAW8/oZbsWdpykS4/s640/wayang.jpg"]

[/caption]

Pembelajaran yang didapatkan

Fenomena politik di negeri ini penuh dengan aksi-aksi mengejutkan dari para pelakunya. Lihat saja sidang pertama ketika Sudirman Said bagai pesakitan di hadapan 'hakim MKD'.

Seperti yang sudah diulas diawal, politik tidak bisa disamakan dengan perhitungan matematis yang selama ini menjadi 'base' cara berpikir awam. Bagi dunia, 'tak ada yang tidak mungkin'. Angin yang tak dapat membaca bisa dibuat membaca. Air  umumnya bergerak dari permukaan yang tinggi ke permukaan lebih rendah bisa dibuat sebaliknya. Dan lain sebagainya.

Salahkah semua itu?
Karena politik adalah sebuah 'seni mengolah kepentingan publik', maka tidak ada yang salah sejauh itu dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi dan praktek koncoisme, melainkan untuk kepentingan masyarakat luas. Demi kesejahteraan rakyat, dan membangun kebanggaan bangsa kalau perlu orang politik menjadikan matahari terbit dari barat demi rakyat, bangsa, negara dan kemanusiaan universal !

Bagi insan politik, semua sudut pandang, faktor, variabel, baik yang tampak maupun tidak tampak bisa diangkat menjadi 'sesuatu' yang bisa memperkuat kepentingan politis. Dan hebatnya, sebuah faktor yang semula kecil bisa menjadi besar dan memenangkan kepentingan politik tersebut.

Disatu sisi hal ini tampak cerdik, cerdas dan unik, walau itu harus melangkahi logika awam. Di sisi lain, timbul kekecewaan awam terhadap masalah peradilan politis, namun pelaku politik menganggap bahwa kekecewaan awam bersifat sementara. Setelah itu semua akan berjalan seperti biasa.

Bagaimana dengan nasib SN? Silahkan anda berpikir sendiri. Semoga referensi anda bertambah banyak dan variatif, sserta mampu menjadikan anda awam yang tak kalah cerdas dibandingkan sejumlah 'kecerdikan' pelaku politik.

------------

Pebrianov6/12/2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun