Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pencuri di Hujan Desember

5 Desember 2015   14:23 Diperbarui: 5 Desember 2015   19:01 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kupantau sekeliling halaman yang gelap. Aku harus waspada. Senapan masih siap di tangan. Mandau masih dipinggang terbungkus sangkur kayu berukir. Dan aku pun masih punya cadangan senjata. Pada beberapa sudut halaman kusembunyikan batang besi tajam seandainya saat laga aku terpojok. Hanya aku yang tahu, kuingat ada 4 buah.

Ke mana pencuri itu?

Micho terus menyalak. Kusimak lagi dengan teliti. Arahnya pada dua tumbuk kardus. Moncong dan matanya terus mengarah ke kotak itu.

Aku tetap diam di sudut dinding gudang belakang. Di antara barang-barang tak terpakai. Terus memantau situasi.

Micho tak berpaling, tetap fokus ke kotak itu. Ada apa?
Segera kunyalakan headlamp.

Keparat !

Kulihat ada empat ekor tikus sedang berpesta . Mereka melahap potongan dan remah-remah kue di kotak yang terbalik itu.Tampak riang gembira. Saling bertindihan penuh keakraban. Tak perduli gelap dan hujan. Tak perduli Micho yang terus menyalak.

Bangsat !
Ini rupanya si Pangkal masalah. Bikin kenyamanku tadi terganggu.

[caption caption="https://hanawu9401storyland.files.wordpress.com/2015/10/picture103.jpg"]

[/caption]

Kusorot headlamp ke arah empat tikus itu. Tampak makin jelas. Tapi herannya keempatnya bagai tak perduli sorot lampuku, mereka terus berpesta potongan roti yang entah kapan ada di situ.

Tiba-tiba....
Entah kenapa ketika kulihat tikus-tikus itu, aku jadi teringat peristiwa besar politik negeri ini. Teringat ketua parlemen dan elit negeri minta saham. Digelap itu, aku merenung kemudian mendadak jadi geram. Gigiku gemeretak menahan amarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun