[caption caption="gambarsumber ; http://www.solopos.com/dokumen/2014/11/cinta-hati-reuters.jpg "][/caption]
Kanal itu selalu penuh gemuruh, hiruk pikuk bagai tak bertuan kata. Penuh warna seronok, aksara sangat liar, imajinasi menggoda dan mencipta diri basah.
Olehnya bermula deret aksara. Tersampaikan pesan menghujam logika. Tapi kemudian semua logika itu diputarnya bagai tanpa arti.
Di sana tak perlu logika yang masif seperti milik para penguasa atau pecundan yang berbuih membela surga atau neraka.
Tak perlu kau mengantarkan huruf A pada B sampai Z pun terkulai usai berdenyut dan meregang.
Tapi di sana
Kau hanya perlu mengasah rasa yang dibungkus sukacita. Kau bisa bermain seperti kanak-kanak lupa waktu mandi menjelang sore. Biarkanlah emak sesekali berteriak menunjuk langit tempat matahari akan terbenam.
Sudah kukatakan tadi, jangan perdulikan deret aksara terkulai. Biarkan saja emak berceloteh karena kita sedang tak ingin terusik menjadi warna-warna, kilau-kilau, senda-senda, gurau-gurau, pekak-pekikik dan ragam bentuk tak terdefenisi.
Karena setiap waktu di sana adalah pesta rasa yang terjerat dari keliaran dan logika terbalik.
Rasa itu adalah sebuah cinta. Sebuah kepenuhan para jiwa bebas yang tumpah, mengalir di bibir wadah. Kemudian turun di bidang batas. Bukan mencari ruang kosong, tetapi mengisi ruang penuh. Bukan membela surga atau neraka.
Karena di sinilah surga itu sendiri, yang bahkan
bersebelahan dan bercanda akrab dengan neraka.
Itulah sebuah rasa cinta milik bersama yang terbangun di Kanal, namanya Nilai Tertinggi.
Pahamkah, kau !? Iya, sedikit.
Aaakku tidak !
Okelah.
Tak perlu kau pahami seluruhnya dengan serat logika. Tapi jangan berbohong pada Rasa Cinta.
Cam kan itu !
Â
Pebrianov26/11/2015
-------
#Untuk Kanal Cinta. Kanal NT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H