Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengaruh Rezim Penguasa pada Kriteria dan Pamaknaan 'Pahlawan'

11 November 2015   14:45 Diperbarui: 11 November 2015   15:49 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transformasi Makna Pahlawan Nasional

Pada masa lalu, karena kuatnya pengaruh rezim di masyarakat dan terbatasnya informasi kesejarahan di masyarakat sangat mempengaruhi hitam-putih sosok tokoh pejuang. Sisi gelap dan terang seorang si Tokoh kemudian bisa sepenuhnya milik penguasa (rezim). Maka dengan tujuan tertentu pula untuk menjadi pahlawan atau tidak bisa dibentuk oleh rezim penguasa.

Seorang tokoh hebat yang berjuang tanpa pamrih untuk bangsa dan negara tidak otomatis bisa diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Ada syarat-syarat, kriteria dan lain sebagainya hasil kajian rezim yang saat itu berkuasa. Selain itu ada faktor X yang tak disebutkan (misalnya dendam pribadi dan kelompok), namun kepada publik disampaikan alasan tertentu yang umum dan 'nampak logis'.

Pahlawan Nasional tak semata sebuah pengorbanan seorang pejuang. Bukan seperti bayangan polos anak kecil tentang seorang Pahlawan ; dimana si Tokoh berjuang melawan penjajahan, berjuang agar masyarakat hidup lebih baik, menciptakan spirit perjuangan dan persatuan dengan konsekuensi mengalami intimidasi, siksaan, dipenjara, dan bahkan mati ditembus peluru.

[caption caption="Gamba ; Sarwo Edhie Wibowo bersama pak Harto || sumber ; http://historia.id/img/foto_berita/5Soeharto-SarwoEdhie.jpg"]

[/caption]

Setiap rezim punya cara pandang tersendiri terhadap 'kepahlawanan' seorang tokoh. Cara pandang ini dilandasi berbagai aspek, baik historis, sosial, politis, kepribadian, dan lain sebagainya. Cara pandang ini bisa mengalahkan atau lebih dominan dibandingkan jasa besar faktual yang telah dilakukan si Tokoh kepada bangsa dan negara. Apalagi di jaman informasi yang serba cepat, jelas, berlimpah dan terbuka bisa menjadikan sisi gelap manusia  si Tokoh terungkap untuk diperdebatkan.

Semakin jujur dan terbuka sebuah rezim, maka sejatinya mereka semakin mampu melihat sisi kepahlawanan seorang secara jujur pula, sekaligus memafkan sisi manusianya yang mungkin tidak berjalan paralel dengan perjuangannya untuk orang banyak. Bukankah seorang pejuang-pahlawan seringkali harus mengorbankan kehidupan pribadinya? Ini menjadi pilihan hidup yang harus dijalaninya sebagai pribadi.

Semua realitas 'terciptanya' pahlawan itu adalah konsumsi orang dewasa. Bukan konsumsi seorang anak kecil yang masih polos memandang Pejuang dan Pahlawan. Ada masanya anak kecil akan memahaminya kenapa pahlawan nasional itu ‘diciptakan’. Biarkanlah anak kecil menumbuhkan sisi heroik dan kebanggaan pada semua tokoh pejuang dalam imaginasi polosnya.

Pembelajaran yang Didapat

Berjuang dalam skala apapun sejatinya merupakan keharusan jaman tanpa harus melanggar moral, etika dan hukum yang berlaku sehingga sekian tahun kemudian dipermasahakan sebuah rezim.

Kalau dari sebuah perjuangan dikemudian hari diganjar sebagai Pahlawan Nasional itu hanya sebuah konsekuensi logis yang diterima dari masyarakat dan rezim pemerintah. Sifatnya berupa ‘labeling’. Kalau pun sebuah perjuangan tidak mendapat lebeling 'Pahlawan Nasional, semangat dan teladan perjuangan si Tokoh tetap menginspirasi banyak orang di jaman teknologi informasi yang kini sangat terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun