Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biji Karet untuk Adhieyasa di Kompasianival2015

2 Oktober 2015   04:28 Diperbarui: 2 Oktober 2015   04:47 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terharu....
Adhieyasa masih mau bersahabat denganku yang pemalu.

Ingin kuberikan emblim bintang tapi aku bukan tentara. Aku juga bukan pengerajin perak dan emas. Aku cuma Pebrianov, profesor ahli pengintil pasangan pengintil.
Lalu apa yang bisa kuberikan ?

Aku cuma punya biji karet, yang dibawa dari hutan Kalimantan. Saat aku bertualang.

Kau pasti tahu kawan ! Karet memang lentur, tapi bijinya keras ! Sangat keras ! Lebih keras dari dua biji punya mu, punya ku, punya gatot swandito, punya aldy, punya bamset, punya bang armand, punya vensgazer, punya ahmad maulana, punya aji, punya yos mo, punya boyke, punya hery, punya wefi, punya mbah peank, punya mas susy, punya jati, punya elde, punya mbak sayeed, bahkan punya kang pepih dan seluruh kompasianer pejantan basi yang tak bisa kusebutkan satu-satu...

Biji karet itu keras, cocok untukmu. Walau lentur dalam persahabatan, tapi kau keras dalam prinsip ! Mantap !

Kelak bila aku jadi admin Kompasiana tahun 2222 akan kupilih kau jadi Ketua Wantimmin (Dewan Petimbangan Admin). Kenapa? Karena aku paham  kau tak betah di Jakarta. Kau lebih suka mengejar sinyal internet di kebun sawitmu. Sembari sesekali tidur lelap di dump truck karena kekenyangan.

Aku terharu...
Seorang kawan dari jauh ingin bertemu.
Sosok pendekar. Tinggi tegap. Walau anunya pendek. Cuma sedikit diatas 150 kata. Tapi padat, kekar dan berurat. Mampu menghentak jagat Kompasiana2015.

Aku terharu,
Adhieyasa ingin ketemu aku. Sementara seorang Desol sekalipun tak pernah bermimpi ingin ketemu aku. Setelah diam-diam dia tergoda bujuk harta Cyrus. Pejantan basi dari kota legenda.

Aku terharu, untuk si Pendekar ini
Akan kubawakan pisau cukur. Agar klimis di Hari Kompasiana. Tapi aahh, aku lupa. Itu tak mungkin. Tak akan lolos sensor metal detektor. Bukankan Jokowi akan hadir?

Ah, biarkanlah brewokmu, kawan ! Toh, Mike Reyssent selalu kangen gemes kicap-kicap mengelusnya. Mungkin akan dibisikkannya ke telingamu 'Mas Adhie, enyahkan Pakde Sartono untukku !"

Aduuuh ! Kasihan Pakde Sartono. Padahal akulah yang menjemputnya di Bandara. Bagaimana ini ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun