Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Soal Dwi Tunggal Gayus-Pakde di Kompasiana, Wajar Kompasianer Tidak Fokus

26 September 2015   20:31 Diperbarui: 27 September 2015   00:49 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://cdn.klimg.com/vemale.com/headline/650x325/2014/11/liburan-akhir-pekan-makin-meriah-dengan-pesta-kembang-api-di-baywalk-mall.jpg"][/caption]

Tulisan ini diinspirasi artikel Alan Budiman ; "Soal Gayus, Kompasianer Mudah Diprovokasi dan Tidak Fokus".

Pandangan saya sedikit berbeda dengan Alan Budiman. Tak bermaksud mempertentangkannnya, melainkan hanya memberikan sebuah sudut pandang lain. Kiranya bisa memperkaya wacana kita di Kompasiana.

Ketika heboh Gayus didentikkan dengan Pakde Kartono sontak semua mata tertuju ke sosoknya. Banyak Kompasianer kemudian menulis tentang Dwi Tunggal GT=PK.

Sosok GT-PK yang fenomenal telah menjadi kunci bermulanya Kompasianer menulis. Mungkin akan berbeda kejadiannya bila PK dan GT adalah 'orang biasa'. Karena fenomenal Dwi Tunggal itulah PK-GT menjadi 'santapan lezat' para Kompasianer.

Ragam tulisan pun muncul dengan beragam genre dan sudut pandang. Semua diangkat para penulis dengan penuh sukacita berpesta aksara penuh pesona. Bukan hanya tulisan yang bersifat formil-serius, namun juga bersifat hiburan. Dari Non-Fiksi menjadi Fiksi. Dari fokus inti kasus ke sublimitas pribadi Dwi Tunggal GT-PK.

Maka tak bisa dielakkan terciptalah ragam warna tulisan tentang dwi tunggal GT-PK. Dari yang fokus masalah ke 'tak fokus masalah'

Pertanyaannya adalah, apakah pesta pora aksara para penulis (Kompasianer) itu salah?

Saya berpendapat 'Tidak ada yang salah , sejauh TOC tidak dilanggar. Sejauh tulisan itu 'Tidak Dihapus Admin'. Lho, kok admin? Ya iyalah, karena adminlah yang punya kuasa menghapus tulisan yang dianggap 'Salah', selain si Penulisnya. Heuheuheu..

Kompasiana memiliki banyak penulis, banyak pemikiran, banyak berpunya informasi, banyak kepentingan berkompasiana, dan banyak lagi hal yang menjadi setting diri para penulis. Disisi lain, Kompasiana menyediakan banyak kanal untuk kaum Kompasianer mengekpresikan dirinya atas fenomena yang diketahui, dilihat, dipikirkan dan dirasakannya.

Apa yang tersaji di Kompasiana berkaitan dengan Dwi Tunggal adalah sebuah pesta dengan konsep Prasmanan. Ada banyak menu nikmat tersaji. Semuanya untuk pengunjung Kompasiana. Tinggal pengunjung Memilih, mau nasi lengkap (Tulisan serius fokus) atau hanya minuman ringan plus camilan. Mau duduk di kursi dengan meja bundar bertaplak sambil mengerutkan dahi, atau ambil posisi berdiri sambil ngobrol dan terkakak-ngakak tanpa terkangkang-kangkang. (Tak boleh terkangkang-kangkang, ya ! Maluu, tau !)

Menu saji berwarna di Kompasiana memang begitu. Kita diajak berpesta aksara. Siapapun pengantinnya, berpestanya tetap di Kompasiana. Apapun makannya, minumnya tetap Sharing and Connecting Kompasiana. Oleh karena itu, Kompasianer jangan malu-malu berpesta di sini, di Kompasiana-Rumah pesta aksara kita sendiri.

Selamat berpesta, teman.

Ingatlah pesan penting Profesor Pebrianov Bagindowsky ; "Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun demikian jangan mengambil yang menjadi milik Tuhan, dan berikanlah yang menjadi hak kaisar. Celeguk !

 

Tertanda

Pebrianov

(Boss EO dan Bakal Calon Admin tahun 2222)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun