[caption caption="https://elsaelsi.files.wordpress.com/2010/05/tears-of-a-woman1.jpg"][/caption]
Tak kupunya sisa waktu menatap luka
Menangisi darah muncrat dari pembuluh terputus
Atau membelainya hanya demi penghiburan semu
Bagiku luka tak perlukan waktu sisa
Karena pada tubuhnya ada kepenuhan nikmat tak terperi tentang keindahanmu, Desol...
Di situ....
Kubiarkan kelelakian bangsatku terpasung ketololoan. Terpenjara kebodohan.
Diperbudaknya aku pada sequen-mu di setiap senja yang kurang ajar pada matahari dan malam.
Direndahkannya kelelakianku pada tapak berbau amis.
Aku tak pernah perduli, Desol !
Kemanapun belatimu ber-ayun
Kelopak mataku tak pernah turun layar, walau hanya siluetmu yang tersaji.
Kau tahu artinya, Desol ?
Aku sedang menikmati pori-porimu membuka dari cahaya temaram. Memasukimu tanpa kau sadari.
Sebegitu tajam mata batinku, sebegitu dalam pula ia menghujam kebodohanku. Tapi, disitulah sebenarnya mahligai rasa ku bertahta
Kubungkus selimut pelangi
Kubawa bersama awan biru
Untuk mengobati semua lukamu
Kemudian meletakkan belatimu
Tepat di dadaku.
Desol, lakukanlah..
Sekarang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI