Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bening Kristal untuk Desol

9 September 2015   03:04 Diperbarui: 9 September 2015   04:34 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="http://s727.photobucket.com/user/pixelfreax/media/Kristal/Moon-Goddess-moon-4701550-340-500_zps14140802.jpg.html"][/caption]

Siapa si ringkih Cyrus itu, Desol?

Kulihat dia seperti boneka usang. Kau hempas berulang pada dinding angkuhmu. Seperti kesakitanmu meronta-ronta tak terbilang.

Ha ha ha ha !
Cyrus bukan kelas Pebrianov, Desol !

Dia jauh di dasar elevasi. Terendam lava berpijar. Menunggu lumat bersama lendirnya yang berbau.

Jangan biarkan rinai mu tersia-sia olehnya.

Biarkan dia terkulai dan meleleh ke retak bumi. Tapi, ijinkan sejenak dia membelalak. Tergugup. Menikmat pesona kita, kala ujung pelangi kuraih di matras dahaga mu.

Setelah itu jangan tahan dia terbenam bersama kedunguannya. Tanpa ampun. Dihisap magma bumi. Di sana, kelak akan dikabarkannya pada iblis, tentang pesona kau dan aku. Membuat neraka terdiam penuh haru.

[caption caption="http://3.bp.blogspot.com/-56ktCB3WhvA/VFpfsHPncdI/AAAAAAAAHPI/jxf_J4jc6S0/s1600/crystal.jpg"]

[/caption]

Kini pandanglah aku kembali, Desol !

Kan kubuka pahatanmu dulu, yang tertoreh penuh luka dan kesakitan. Darahnya muncrat menutup lensa batin mu.

Baca kembali, Desol !
"Apakah yang membusuk sanggup ciptakan sesuatu yang suci?"

Tentu saja !

Lama aku membusuk. Membiarkan karat belatimu berpesta dengan para bakteri rindu lalumu. Hingga usai, tanpa bekas.

Desol,
disaat yang sama, pernahkah bilirubin darahmu sadari?

Ketika terik ultra violet menari, saat itulah jasadku tersuling. Bagai kristal. Membentuk bulir bening rindu baru.

Menari bersama oksigen yang kau hirup saat senja dan malam. Menetes ia paling pagi. Pada luka batinmu. Memberi sejuk. Membuka pori-pori masa depan.

Adakah kebusukanku yang kau rasa?
Desol ! Jangan pernah lagi bohongi panggilan hatimu. Karena lama aku mendengarnya. Dengan naluri Lelaki Bangsat-ku.

Satu lagi,

Tak pernah aku jera tertancap ulang belati bengismu.  Catat itu !

----------

Baca rangkaian fiksi terdahulu ;

Puisi untuk Desol || Bunuh Aku, Pebrianov! || Kubunuh Kau dengan Kelelakianku, Desol! ||Rintih-rintih Palsu Pebrianov || Kunikmati Kemunafikkan Keperempuananmu, Desol! || Pebrianov, Pejantan Basi! ||Janji Kematianku pada Desol! ||Pebrianov, Mati!  || Kutemani Kau Bermimpi Menghujamku, Desol! || Lihatlah Dirimu, Pebrianov!

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun