Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Malaysia Menggeliat, PM Najib Masih Jauh dari Ujung Tanduk ?

31 Agustus 2015   20:44 Diperbarui: 31 Agustus 2015   20:44 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar ; http://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/08/29/40/1038397/ribuan-demonstran-ajak-rakyat-malaysia-gulingkan-pm-najib-k61.jpg"][/caption]

Malaysia, negara jiran yang berbatasan langsung dengan Indonesia sedang tegang politik dalam negerinya. Pasalnya sang pemimpin mereka PM Nazib Razak diduga menerima dana $700 juta dari 1MDB, lembaga yang dia bentuk pada 2009, yang bertujuan untuk membuat Kuala Lumpur sebagai pusat keuangan. Akibatnya PM Najib didemo ribuan rakyatnya.

Rakyat Malaysia turun ke jalan untuk demontrasi menuntut Najib Razak turun dari jabatan Perdana Menteri. Bahkan Mahathir Muhammad turut mendukung gerakan rakyat itu. Beliau adalah mantan PM yang dulu lama berkuasa dan masih punya pengaruh besar di Malaysia. Maka jadilah gerakan itu mendaptkan bahan bakar yang mumpuni.

Situasi ibukota Kuala Lumpur menjadi tegang. Pemandangan seperti ini tak ditemui di masa dahulu, khususnya jaman pemerintahan Mahathir Muhammad.

Melihat gelombang besar rakyat Malaysia tersebut akankan Negeri jiran itu  'babak belur' seperti Indonesia tahun 1998 ? Presiden Soeharto diturun paksa, ekonomi rakyat dan negara hancur, kerusuhan dimana-mana, terjadi krisis kepemimpinan dan kepercayaan.

[caption caption="http://waspada.co.id/wp-content/uploads/2015/07/Najib-Razak.jpg"]

[/caption]

Bagaimana dengan Najib Razak dan Negeri Jiran? Apakah keduanya akan hancur?

Berbeda dengan jaman Mahathir dahulu yang memerintah 'otoriter' mirip koleganya 'Soeharto, kala itu segala gerakan rakyat yang kiranya mengusik kelanggengan Kekuasaan akan diberangus. Namun kini Demokrasi Malaysia lebih 'maju', lebih longgar dan lebih dinamis dibanding dahulu. Apa yang sedang dialami Najib, di satu sisi bikin repot pemerintahannya, namun disisi lain sebuah kemajuan. Bahwa rakyat sudah punya nyali untuk menyatakan pendapat-ketidaksetujuan atas ketimpangan perilaku politik pemimpinnya. Hal ini menjadi sebuah kontrol langsung rakyat Malaysia kepada pemimpinnya.

Walaupun jumlah rakyat Malaysia yang turun ke jalan sangat banyak, namun krisis politik yang saat ini terjadi di Malaysia tidak sekompleks Indonesia tahun 1998. Posisi Najib tidak segenting Soeharto masa itu.

Selain itu, tingkat ekonomi rakyat Malaysia saat ini lebih mapan dan tingkat pendidikan yang lebih baik turut berpengaruh 'menahan' tak terjadinya kondisi politik Malaysia yang lebih parah. Mereka tidak ingin, hanya karena 'persoalan lembaga personal' Najib, negerinya hancur lebur oleh nafsu politik anarkis yang tak jelas.

Itulah bedanya Indonesia dahulu, dengan Malaysia saat ini. Bila 'permasalahan Najib' juga sama terjadi di negara kita, bagaimana situasi politik dalam negeri kita saat ini dibandingkan Malaysia saat ini? Malaysia sebagai saudara muda masih harus belajar banyak pada Indonesia selaku saudara tua. Walau pun tingkat ekonomi kita masih di bawah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun