Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menulis, Melawan Gila dan Mencipta Peradaban

24 Agustus 2015   16:55 Diperbarui: 25 Agustus 2015   00:35 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

6. Sebagian penulis menganggap tulisannya tidak bagus atau mengamali penolakan sehingga menjadi kecewa dan ini membuatnya depresi.

7. Keberhasilan penulis tergantung bagaimana orang lain berpikir tentang dia. II jadi bahan pemikiran serius bagi penulis, sehingga dia merasa tertekan dalam menjalani hidup kepenulisannya.

8. Kebanyakan penulis lebih senang menuangkan pikirannya dalam tulisan saat malam hari. Kebiasaan ini yang membuat kehidupannya jadi tak sehat ; dapat merusak jadwal tidur- yang juga meningkatkan kemungkinan depresi.

------

[caption caption="http://rmi-nu.or.id/wp-content/uploads/2012/02/Paradoks.jpg"]

[/caption]
Mengetahui bahwa dunia kepenulisan (dan si Penulis) sangat rentan mengalami gangguan jiwa, tentu saja hal ini menjadi Paradok Dunia Menulis. Di satu sisi dengan menulis kita melawan lupa, dan membangun peradaban. Namun. Di sisi lain penulis dihantui 'akan mengalami gila'.

Pada penulis yang aktif dan total mencurahkan hidupnya untuk menulis, hal ini seolah menempatkan dirinya pada gelanggang pertarungan yang berat. Di satu sudut yang dihadapinya adalah pekerjaan membangun peradaban, di sudut lain dia harus melawan dirinya agar tidak menjadi gila.

Bagaimana Nasib Penulis di Kompasiana ?

Beruntunglah di Kompasiana, menulis dilakukan di sela-sela kegiatan pokok. Namun bisa jadi, ada sebagian Kompasianer yang bersembunyi dibalik akunnya adalah para penulis total.

[caption caption="http://www.zideacamp.com/wp-content/uploads/content-writer.png"]

[/caption]

Penulis yang menempatkan Kompasiana sebagai selingan bukan tak mungkin mengalami kegilaan bila tak cerdas memanage dirinya di dalam ruang dan waktu. Misalnya, karena menganggap Kompasiana kegiatan yang menyenangkan kemudian lupa diri. Usai bekerja berat di kantor (kegiatan utama), waktu yang tersisa dihabiskan di Kompasiana sehingga lupa berinteraksi dengan dunia luar.

Si Kompasianer menjadi jarang menyapa tetangga, tak perduli ada tetangga baru yang cantik-seksi dan kaya, lebih memilih menulis Kompasiana daripada jalan-jalan ke mall, kafe atau diskotik. Tidak mau datang ke rumah mertua, jarang mandi dan gosok gigi, malas ikut Kompasianival atau nangkring Kompasiana, dan banyak lagi. Menulis menjadikannya mengurung diri dan tak lagi berinteraksi dengan dunia luar. Akibatnya, walau 'cuma' di Kompasiana tapi pencapaian gila bisa sama dengan penulis profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun