Tjipta Lesmana tidak melihat perjalanan politik JK yang panjang dan penuh pengalamanyang  telah membentuknya menjadi manusia politik tangguh. Sangat tidak masuk akal bila JK bertindak 'mutungan' (merajuk) pada Jokowi hanya karena ' ulah nakal' Rizal Ramli. Terlebih lagi, secara struktural JK lebih tinggi dari RR. Kok, gara-gara anak buah nakal kemudian atasan merajuk? Padahal sebagai atasan, JK bisa bertindak terhadap RR dalam bentuk khusus yang hanya diketahui JK dan Jokowi saja.
[caption caption="http://cdn-2.tstatic.net/medan/foto/bank/images/tjipta_lesmana_20150822_150146.jpg"]
Sebagai ilmuwan, sebelum membuat pernyataan harusnya mengamati suatu fenomena berdasarkan rangkaian waktu ; sejak dulu hingga sekarang. Â Melihatnya secara komprehensif, runtut dan detail. Ada setting sejarah yang perlu diperhatikan kemudian melihat kecenderungan berulang yang terjadi.
Pertanyaannya ;
1. Apakah JK sejak dahulu sering merajuk/mutung dalam berpolitik?
2. Apakah JK rela mengorbankan karier gemilangnya dengan cara merajuk karena ulah seorang RR ?
3. Apakah JK semudah itu dimainkan situasi politik yang secara faktual tidak berbahaya bagi karier politiknya.
4. Apakah JK yang punya sifat kenegarawanan tega mengorbankan kedamaian politik dan kepentingan negara hanya karena seorang Rizal Ramli yang kritis dan nakal? Perlu diingat, bila JK mundur maka politik Indonesia akan berguncang oleh 'kebingungan publik' yang berakibat tidak stabilnya ekonomi yang berjalan. Sementara di akhir masa tuanya ini, JK ingin menutupnya secara gemilang dengan pengabdian total pada bangsa dan negara Indonesia agar namanya tetap harum.Â
5. Sebagai politisi-negarawan, apakah JK mau menggunakan cara konyol, merendahkan derajat sendiri ; 'Mundur dari jabatan Wapres dengan cara mengancam Jokowi'. Sangat tidak mungkin karena hal itu tidak diplomatis. Kalau pun JK ingin mundur, tentu dia akan menyiapkan kalimat 'eufimisme' ala politikus kawakan-pemimpin hebat, misalnya ;
- "karena faktor kesehatan, sering sakit sehingga tidak optimal bekerja untuk rakyat dan negara."
- "karena sudah lelah dan ingin memberi kesempatan yang muda untuk mensuport Jokowi yang cepat dan lincah', agar pemerintahan lebih produktif."
Mundur tidaknya JK dari rezim Jokowi harus dilihat dari sisi JK sendiri yang kompleks dan unik sebagai seorang Begawan Politik di negeri ini. Bukan pengamatan sesaat yang hanya berdasarkan satu momentum tidak krusial 'ulah nakal' Rizal Ramli minggu lalu.