Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Timbul Penyakit karena 'Nilai Tertinggi' di Kompasiana

6 Agustus 2015   17:03 Diperbarui: 6 Agustus 2015   17:31 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini pembodohan atau pemintaran, saya tidak tahu. Tapi tadi Dokter spesialis sudah memvonis penyakit saya.

Dia lulusan fakultas Silent Reader Engineering di Institut Teknologi Kompasiana.

Bunyi diagnosanya ; Pebrianov mengalami Degradasi Artikel yang akut. Sekarang lebih banyak mengemproduksi enzim tidak serius dalam menulis. Dikatakannya menulis tak pakai referensi, tidak intelek, tak punya tujuan yang jelas, jauh dari isu aktual kenegaraan dan masyarakat. Suka main hantam sana-sini dari pikiran sendiri. Seperti orang mabuk, mual lalu muntah di sembarang tempat.

Penyakit itu dalam bahasa kedokterannya; Artikel ecek-ecekientis. Mbooh istilah apa itu?

Setelah spesiemen otakku diambil acak dan diuji di laboratorium beton, kemudian diperiksa bagian syaraf malu maka ketahuanlah penyakit itu.

Aku diinterogasi cukup lama di kantin sekolah anakku yang adem dan dipenuhi para Mamud (Mama Muda). Untunglah dia tak membawa rompi oranye setelah memvonis aku.

Pangkal sumber penyakit itu adalah kanal 'Nilai Tertinggi' di Kompasiana.

Aku jujur katakan, sedang jatuh cinta dan suka berasyik masyuk di Kanal itu. Syaratnya ringan, tak perlu Highlight tapi bisa bikin hati senang riang gembira. Bagai sebuah Extasse maya tak berkesudahan.

Disitu bisa dengan riang penuh pesona membangun sharing anda connecting, karena sebuah artikel ringan dan 'ecek-ecek' bisa hadir menentukan takdirnya dengan penuh canda.

Soal vonis Degradasi itu sempat bikin aku kaget, namun aku tak perduli. Biarlah penyakit ini kusandang di Kompasiana saja.

Aku rela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun