Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Fenomena Mama Muda Berdaster Tipis ke Warung Waktu Pagi

29 Juli 2015   11:40 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:57 18086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="http://i01.i.aliimg.com/wsphoto/v0/32338571491_6/Baru-2015-Hot-wanita-seksi-Satin-jubah-pakaian-tidur-baju-tidur-baju-tidur-Dalam-ruangan-pakaian.jpg"][/caption]
Akronim kerennya adalah Mamud atau Mamah muda. Itu sebutan untuk ibu-ibu muda. Kriterianya bisa dibayangkan sendiri. Ruang relativitas sangat permisif bagi setiap benak liar pengamat yang berkenan.

Mungkin ini bukan temuan spektakuler abad kontemporer tapi punya peluang dapat penghargaan Nobel bidang 'Mengintipologi Mamud'. Hadiahnya sebuah daster tipis yang agak kusut, ada bercak seperti pulau kecil, plus dosa kecil dibungkus Hipotesa Ngilmuwan.

Fenomena Daster Mamud ?

Awa kejadiannya sederhana, saya pergi ke warung pagi hari di dekat komplek tempat tinggal. Beberapa kali terlihat pemandangan ibu-ibu muda berbelanja hanya pakai daster. Diduga daster itu dipakai malam harinya di rumah.

Satu ketika 'terganjal pemandangan celeguk! ' tak sengaja. . Apakah ini dikatakan rezeki pagi ? Kalau dikatakan bukan lalu apa namanya? Saat tertatap teksturnya dan isinya, salahkah aku ? Setan yang paling akrab denganku mengatakan, Tidak ! Namun malaikat ikut berbisik, itu dosa bro, kalau tidak berbagi.

Dari pemandangan itu kemudian berkembang menjadi pengamatan. Maka kubagikan pengalaman hasil pengamatan itu di Kompasiana untuk dipikirkan kembali !

Setelah melihat perulangan fenomena yang sama dari pagi ke pagi berikutnya timbul banyak tanya.
- Kenapa ibu-ibu muda di komplek perumahan ini kalau belanja ke warung pada pagi hari hanya pakai daster? Apakah tidak ada baju yang lebih pantas?

-Apakah karena jarak warungnya dekat dari rumah, jadi bisa cuek?

-Apakah karena rasa solider sesama ibu-ibu muda komplek? Toh banyak kawan di warung dengan busana yang sama.

-Apakah merasa tanggung harus ganti-ganti baju, bikin repot karena pagi hari sering dikejar waktu terburu-buru menyiapkan anak sekolah?

Masih banyak lagi pertanyaan muncul. Namun kepada siapa harus kutanya? Langsung bertanya kepada para Mamud di warung aku tak berani karena aku lelaki pemalu.

Bukan Fenomena lokal

Beberapa kali saat berangkat kerja waktu pagi melewati beberapa kompleks perumahan yang lain untuk cari jalan pintas dari kemacetan. Ternyata di komplek perumahan itu fenomena yang tampak tak berbeda jauh dengan komplek saya. Bahkan ada yang dengan santainya di depan rumah mengerubuti tukang sayur keliling. Terpikir betapa banjir rezeki si Tukang Sayur karena ada bonus lain para Mamud. Tentu mata si Tukang sayur semakin sehat. Ototnya pun makin kuat.

Terpikir bahwa ini cuma fenomena lokal. Ditempat lain tentu tidak terjadi. Tapi suatu ketika nonton sinetron di tivi yang melibatkan Tukang Sayur Keliling. Haaah? ya ammpun ! Para pembelinya juga Mamud dan Asisten Rumah Tangga berdaster ria. Mereka penuh canda. Bahkan gaya rambutnya pun masih seperti di tempat tidur, masih ada roller bergantungan di rambut.

Bukankah sinetron bisa menggambarkan fenomena umum di belahan negeri ini. Bisa jadi di tempat lain di negeri ini para Mamud juga berdaster ria saat berbelanja ke warung !

Hanya para Kompasianer yang tersebar di berbagai daerah yang bisa menjawabnya sesuai tempat tinggal masing-masing.

Setahu saya sebagai lelaki pemalu, daster tidur adalah busana privat yang dipakai hanya di lingkungan rumah, lebih khusus lagi di kamar saat sedang tidur. Soal nyaman tidaknya busana itu hanya kaum hawa-para Dasterwati yang bisa menjawabnya.

Daster Tidur, Busana Privat di Ruang Publik

Soal properti privat dipakai di ruang publik itu hak setiap pemiliknya. Tapi bila properti privat itu membuat jengah orang lain, harusnya menjadi pemikiran tersendiri. Belum lagi soal kesopanan, kepantasan, nilai-nilai. Bahkan yang lebih ngeri lagi hal itu mengundang bahaya laten penjahat seksual.

Apapun kondisinya, terburu-buru atau mau praktis. Seyogyanya para Mamud dan asisten rumah tangga kalau pergi ke warung terdekat janganlah hanya memakai daster yang kadangkala agak kusut dan tipis sehingga menjadi 'Eye Catching' di warung. Gantilah dengan pakaian yang lebih pantas. Kalau perlu, siapkan pakaian khusus ke warung yang mudah dipakai saat terburu-buru.

Diwarung bukan hanya didominasi kaum Mamud saja, ada beragam orang. Ada kaum laki-laki tak tahu malu. Kasihan mereka ini, bisa koyak dalam benaknya disajikan pemandangan aduhai kaum Mamud. Mamud belanja sambil bercanda, sementara kaum lelaki itu harus bercanda dengan benaknya yang tak pernah mau kompromi. Kasihan, kan?

Besok Pagi aku akan ke warung lagi untuk memastikan bahwa tulisanku di Kompasiana tidak salah.

Karena aku menulis setiap hari, maka aku harus konsisten ke warung Setiap Pagi !

Sekian

****** 

Catatan ; Apakah ada diantara Kompasianer Mamud yang juga suka berdaster ke warung? Segera kasi tahu Titik Ordinat anda, saya akan ke TKP untuk mengamati fenomena unik anda.
Heuheuheu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun