Sang Gubernur itu akhirnya tersangkut hukum juga. Semoga dia tetap baik-baik saja menjalani semua proses hukum.
Ketika kabar awal dia terpilih jadi Gubernur Sumut saya cari tahu siapa orang ini. Dalam benak saya 'Kok bisa-bisanya jadi Gubernur di Sumut yang dikenal 'keras'.
Setelah banyak sumber saya baca, dari yang valid, setengah valid sampai yang saya tak tahu valid atau tidak, maka saya dapat gambaran yang lebih jelas tentang sosoknya. Dia seorang perantau dari tanah Jawa, pekerja keras, cerdas, intelektual (dilihat dari perjalanan pendidikannya dan kiprahnya di masyarakat), mantan seorang dosen PNS di Politeknik, punya keluarga bahagia dengan tiga anak gadis.
Tentang kehidupan pribadi
Satu yang mencolok darinya berdasarkan referensi itu adalah kehidupannya yang religius dan tetap sederhana walau sudah punya jabatan tinggi. Selain itu dia juga 'tidak lupa daratan' masih ramah dengan semua kalangan bawah, termasuk teman-teman lama semasa perjuangan.
Satu lagi yang cukup mengejutkan saya adalah ketika dia memutuskan keluar dari PNS Dosen PTN. Sebuah keputusan besar bagi seorang perantau dari tanah Jawa. Selama ini dalam gambaran saya berdasarkan pengalaman, banyak perantau dari Jawa yang merasa sukses penuh kebanggaan 'bila berhasil jadi PNS'. Terlebih bisa jadi dosen PTN. Gengsi naik, membanggakan keluarga. Apalagi seorang Gatot Pujo dari keluarga yang sederhana. Ayahnya pensiunan prajurit TNI.
Keputusan keluar dari PNS itu dia ambil untuk lebih fokus pada organisasi masyarakat berlandaskan keagamaan yang dia anut. Ini bukan perkara mudah, karena bukan semata keluar dari kemapanan 'dapat gaji rutin', melainkan meninggalkan 'gengsi' yang oleh kebanyakn orang jadi sebuah impian.
Â
[][caption caption="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/03/Gatotpujonugroho.jpg/220px-Gatotpujonugroho.jpg"]
Â
Gatot sosok pemimpin Ideal
Karena kiprahnya di masyarakat sangat luas dan dipandang baik, maka ketika dia terjun ke politik kemudian terpilih jadi Gubernur di 'Tanah Batak' adalah sebuah kompensasi dari keputusan besarnya tersebut. Hebatnya lagi, gaya hidupnya tetap tak berubah.
Saat mencalonkan diri jadi Gubernur, dia adalah balon gubernur termiskin dibanding para pesaingnya. Nilai hartanya masih dibawah 1 M. Ketika sudah menjabat pun tidak naik secara signifikan. Hebat !
Saya pernah berpikir, bahwa seorang Gatot Pujo adalah salah satu pemimpin yang ideal. Punya komitmen, cerdas, religius, dekat dengan masyarakat, jujur, tenang, punya keluarga harmonis dan sedehana dan lain sebagainya secara positif.
Â
Menjadi Pejabat beristri dua
Ketika muncul kabar di media tentang hubungannya dengan seorang wanita (ada foto mesra yang tersebar) 'posisi' Gatot Pujo mulai' terdesak. Sebagian publik mengecamnya. Terlebih, dibeberapa kesempatan ditanya soal si waniat itu, dia selalu berkelit, dan penuh diplomasi. Antara benar dan tidaknya kabar bahwa dia punya istri muda menjadi simpang siur karena tidak ada penyataaan 'jujur' dari mulutnya secara langsung. Justru salah satu petinggi partai PKS yang 'mengiyakan' berita itu, serta pengakuan ayahnya yang masih tinggal di Pulau Jawa.
Sementara ditengah kabar 'miring' itu keadaan keluarganya tidak goncang, istri tua dan anak-anaknya tetap adem ayem.
Di satu sisi, tentu ketenangan keluarga intinya itu merupakan modal tetap bagi Gatot Pujo untuk terus berkarya menjalankan amanahnya sebagai pemimpin. Wajahnya tidak kusut dan selalu nampak segar.
[caption caption="http://img2.bisnis.com/sumatra/posts/2015/07/15/59113/gatot-antara.jpg"]
Pejabat beristri lebih dari satu akan Korupsi?
Di beberapa media, termasuk grup-grup diskusi di medsos dibicarakan bahwa salah satu penyebab korusi dinegeri ini adalah karena pejabat harus menghidupi 'istri-istri'nya. Cukup logis juga mengingat bahwa ada lebih dari satu dapur yang harus ngepul, belum lagi biaya segala tetek bengek lainnya.
Ibarat punya kendaraan satu jauh lebih hemat bila punya kendaraan dua, tiga, empat, lima dan seterusnya. Apalagi semua kendaraan itu masih aktif ditunggangi. Harus keluar ongkos bensin, servis, pajak, dan asesoris lainnya. Tentu butuh biaya besar. Analogi tersebut merupakan sebuah preseden 'khas dan klasik'.
Berbeda dengan gubernur Gatot Pujo, konon istrinya adalah perempuan mandiri dan mapan secara ekonomi. Jadi 'mungkin' sang Gubernur 'tak keluar ongkos banyak' untuk menghidupinya. Bahkan sang istri keduanya ini pakai uang pribadi 'mengongkosi' pembayaran 'fee' untuk OC Kaligis.
Tapi kenapa kemudian Gatot Pujo tersangkut Korupsi? Apakah dia sudah melupakan gaya hidup sederhana karena pengaruh punya istri dua ?
Ini sebuah tanda tanya besar, sekaligus bahan renungan kelak ketika proses hukum Gatot Pujo berjalan. Kebetulan Istri keduanya juga tersangkut perkara yang sama.
Suami istri tersangkut hukum karena korupsi itu sudah pernah ada. Tapi seorang pejabat seperti gubernur yang tersangkut kasusu korupsi bersama istri mudanya yang energik dan mapan sungguh fenomena baru dan menarik.
Kita tunggu proses hukumnya. Apakah ada relevansinya 'si Gubernur sederhana' tersangkut hukum karena keberadaan istri mudanya ? Gatot Pujo masih punya waktu untuk membuktikan bahwa preseden itu tidak benar.
Salam pemberdayaan !
 Sumber berita utama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H