Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Balas Budi, Budi Membalas

18 Juli 2015   18:19 Diperbarui: 18 Juli 2015   18:19 2881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pemaham Jeruk makan jeruk, Budi dedikasikan dirinya sebagai jeruknya secara total !

[caption caption="sumber gambar ;http://3.bp.blogspot.com/s1600/pembalasan.bmp"]

[/caption]

Balas budi berbau amis

Ketika suatu ketika kontroversi menerpa kegemilangannya sehingga hampir tersungkur , Budi melawan! Percuma jadi orang pintar, cerdas, penuh pengalaman dan pandai berculas kalau hanya pasrah di lindas kebenaran. Baginya tak ada kebenaran sejati. Dirinya adalah kebenaran juga. Hhuh ! Awaas , kau !

Maka digerakkannya jejaring elit nan kuat tadi ! Gubraaak ! Hancurlah si Kontoversi pengganggu kemuliaannya itu.

Namanya Budi bukan sembarang Budi. Dia paham Balas budi. Seperti yang diajarkan nenek moyang dulu. Maka ketika si pengganggu berhasil dia singkirkan, tibalah waktunya menerapkan pesan sang Nenek untuk "Membalas Budi".

Tentunya 'membalas budi' itu dengan cara yang sesaui kondisi pasar, sebuah realitas yang tak sama dengan jaman Nenek dulu. Ah, itu gampanglah....bukankah otak harus dipakai? Pengalaman harus dikembangkan, jangan pakai nurani ! Karena itu hanya penghambat kecepatan bertindak!

Budi membalas budi dengan caranya. Semua terlaksana dengan sempurna. Budi puas. Kemuliaan diri terjaga, pesan nenek 'terlaksana'.

Ketika suatu ketika Budi besar bertemu sang nenek, dengan bangganya dia bercerita. Nenek pun bangga. Tapi kemudian nenek tergagap, kejang-kejang dan sempoyongan.

Budi bingung. Segera ditangkapkanya tubuh sang Nenek kemudian dibaringkannya.

Ketika ditanya kenapa, Nenek lirih berkata ; "Budi, aku mencium bau amis di tubuhmu dan aku melihat tanduk tajam di kepalamu bersamaan cerita keberhasilanmu Membalas Budi. Kamu telah salah menterjemahkan cara berbalas budi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun