Sebagai pemaham Jeruk makan jeruk, Budi dedikasikan dirinya sebagai jeruknya secara total !
[caption caption="sumber gambar ;http://3.bp.blogspot.com/s1600/pembalasan.bmp"]
Balas budi berbau amis
Ketika suatu ketika kontroversi menerpa kegemilangannya sehingga hampir tersungkur , Budi melawan! Percuma jadi orang pintar, cerdas, penuh pengalaman dan pandai berculas kalau hanya pasrah di lindas kebenaran. Baginya tak ada kebenaran sejati. Dirinya adalah kebenaran juga. Hhuh ! Awaas , kau !
Maka digerakkannya jejaring elit nan kuat tadi ! Gubraaak ! Hancurlah si Kontoversi pengganggu kemuliaannya itu.
Namanya Budi bukan sembarang Budi. Dia paham Balas budi. Seperti yang diajarkan nenek moyang dulu. Maka ketika si pengganggu berhasil dia singkirkan, tibalah waktunya menerapkan pesan sang Nenek untuk "Membalas Budi".
Tentunya 'membalas budi' itu dengan cara yang sesaui kondisi pasar, sebuah realitas yang tak sama dengan jaman Nenek dulu. Ah, itu gampanglah....bukankah otak harus dipakai? Pengalaman harus dikembangkan, jangan pakai nurani ! Karena itu hanya penghambat kecepatan bertindak!
Budi membalas budi dengan caranya. Semua terlaksana dengan sempurna. Budi puas. Kemuliaan diri terjaga, pesan nenek 'terlaksana'.
Ketika suatu ketika Budi besar bertemu sang nenek, dengan bangganya dia bercerita. Nenek pun bangga. Tapi kemudian nenek tergagap, kejang-kejang dan sempoyongan.
Budi bingung. Segera ditangkapkanya tubuh sang Nenek kemudian dibaringkannya.
Ketika ditanya kenapa, Nenek lirih berkata ; "Budi, aku mencium bau amis di tubuhmu dan aku melihat tanduk tajam di kepalamu bersamaan cerita keberhasilanmu Membalas Budi. Kamu telah salah menterjemahkan cara berbalas budi."