Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Terjebak Perampokan Bersenjata Api di SPBU (Pembelajaran Perjalanan Jauh Lintas Kota/Propinsi)

13 Juli 2015   03:08 Diperbarui: 13 Juli 2015   03:08 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rupanya pahanya tertembak ! Terlihat darah mengucur, setelah saya perhatikan peluru menemus bagian belakang. Ketika saya tanyakan apakah tulangnya terasa nyeri......aah, untunglah tidak mengenai tulang paha.

Segera saya pinta salah satu sandera yang agak fit (yang lainnya masih bengong dan pucat) untuk membawa Pieter ke Puskesmas di wilayah pasar. Tadinya dia mengusulkan pakai mobil saya saja, tapi saya jelaskan kalau pakai mobil akan lebih lama karena jalan rusak parah. Lebih cepat dibonceng pakai. Hal itu masuk akal.

Segera saya naikkan Piter ke motor orang tersebut. Saya kemudian 'menyuruh' beberapa orang 'sandera' tadi untuk menelpon ke siapa saja yang bisa memberitahukan polisi. Kemudian saya berlari ke seberang jalan untuk mengetok warung dan beberap rumah yang tutup, barangkali ada orangnya untuk melaporkan ke polisi. Tapi saat akan menyeberang beerapa orang keluar dari rumahnya sambil membawa parang panjang. Ternyata mereka datang setelah mendengar tembakan terakhir. Dan sempat melihat kawanan perampok itu saat sudah menjauh.

Tak lama berselang, datang polisi satu mobil dengan senjata lengkap. Langsung ke arah kumpulan orang-orang yang sudah mulai ramai mengerubuti petugas SPBU wanita yang masih terduduk lemas serta beberapa 'sandera' tadi. Mereka ditanyai dengan detil. Saa kemudian mengambil beberapa gelas air meneral dari dalam mobil dan memberikan ke mereka. Fokus kerumunan orang-orang dan polisi pada petugas SPBU dan sandera tadi yang masih terduduk memberi keterangan di dekat mesin SPBU.

Saya kemudian pikir, tugas saya selesai ! Saya kemudian melanjutkan perjalanan menuju arah kota Sanggau. Saya tetap santai, walau hari sudah mulai gelap saat meninggalkan SPBU tadi.

[caption caption="sumber gambar : http://img.lensaindonesia.com"]

[/caption]

Tiba-tiba saya ketakutan sendiri

Sekitar 10 menit dari TKP tadi, barulah saya tersadar, saya melewati jalan yang tadi dilalui para perampok. Kanan kirinya kebun sawit, semak dan hanya ada beberapa kios yang tutup. Selain itu jalan itu berlobang dan rusak parah sehingga mobil sulit berjalan cepat (Sebenarnya asik untuk off-road). Tapi pula terpikir perampok tadi bisa saja tiba-tiba menghadang saya karena menganggap saya saksi?

Waduuh ! Bagaimana ini? Baru disitulah saya merasa takut ! Padahal saat kejadian di SPBU tadi saya tetap tenang. Jantung saya deg-degan, sambil nyetir mata terus mengarah ke depan, terutama kanan-kiri mengamati pohon sawit dan semak-semak. Kuatir kalau tiba-tiba mereka muncul. Sementara hari sudah mulai gelap, dan kota sanggau masih sekitar 30 km lagi.

Saya rogoh pisau kecil (seperti pisau komano) di tas depan, saya keluarkan dan letakkan di dekat persneling. Ahh, hanya untuk berjaga-jaga atau lebih tepatnya membesarkan hati saja.

Kemudian saya telpon saudara saya yang ada di Sanggau mengabarkan tentang perampokan itu. Saya juga katakan tentang ketakutan saya yang sedang dalam perjalanan. Saya minta dia menunggu saya di warung kopi depan rumah sakit tempat biasa saya bertemu dia kalau lewat sanggau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun