Pemerintahan Jokowi yang sudah berjalan sekitar 9 bulan kini dinilai banyak pihak belum menggembirakan. Bahkan secara ekstrim ada yang mengatakan gagal.
Banyak barometer dijadikan dasar penilaian. Mulai dari data statistik ditumpangi aktor politik, kajian ilmiah kaum intelektual berbau politis, dan beragam parameter lainnya dengan masing-masing perpektif. Semua berujung pada sifat politis dan kepentingan. Tak bisa disalahkan juga karena mengurus negara dan rakyat adalah domain politis-sebuah ranah yang penuh dinamika kepentingan kelompok.
Sebagian orang secara kasat mata menghitung 'kegagalan'Jokowi berdasarkan up-date realitas pasar, misalnya ; sebelum Jokowi dilantik dolar sekitar Rp. 9 ribuan, namun kini turun jadi Rp 13-14 ribuan yang berpengaruh pada iklim investasi dan menurunnya kesejahteraan rakyat. Belum lagi munculnya 'blow-up politis' dari kelompok yang sejak awal berseberangan dengan Jokowi tentang blunder sejumlah menteri menterjemahkan visi dan misi Jokowi. Maka lengkaplah tudingan akan 'kegagalan' pemerintahan Jokowi.
Kegagalan Jokowi membuat KMP kecewa (lagi). Seperti yang dikatakan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani bahwa Koalisi Merah Putih (KMP) kecewa dengan sikap Presiden Joko Widodo. Selama delapan bulan pemerintahan Jokowi, KMP telah membantu menjaga stabilitas politik. Akan tetapi, menurut Muzani, Jokowi tak dapat memanfaatkan hal itu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara langsung dikatakannya "Momentum itu tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan kebijakan pro rakyat seperti yang ia janjikan saat kampanye," kata Muzani, di Jakarta. (sumber ; kompas.com., Jum'at, 3/7/2015).
Hal Aneh dari Sikap dan Penyataan Gerindra
Pertama ; Mereka seolah-olah sangat mendukung pemerintahan Jokowi sejak awal, yang berarti memberikan jalan lapang bagi Jokowi untuk melaksanakan programnya. Padahal diawal pemerintahan Jokowi mereka (KMP) gagal 'move on' dari kekalahan pilpres, dan dengan berbagai cara unik, aneh, licik mengganggu jalannya pemerintahan Jokowi lewat manuver 'menguasai parlemen' dan bersikap anti Jokowi.
Banyak hal dari Jokowi mereka tolak dan gagalkan di parlemen. Bahkan demokrasi-urusan pilkada langsung yang sudah berjalan lama ingin mereka hapus, kemudian dikembalikan seperti jaman Orde Baru (pilkada tidak langsung).
Belum lagi andil mereka di tingkat parlemen pada masalah kriminalisasi KPK dan kisruh pemilihan Kapolri. Mereka berusaha memasang 'jebakan Batman' untuk pemerintahan Jokowi.
Apa yang dilakukan KMP pada awal pemerintahan Jokowi menjadi catatan hitam bagi sejarah demokrasi negeri ini. Mereka ciptakan konspirasi dalam gabungan partai 'yang kalah perang' tak pernah mau mengakui kekalahan secara jantan. Tak mau memberikan kesempatan kepada Jokowi si Pemenang menjalankan programnya secara lancar. Publik sampai muak dengan segala manuver politis mereka yang aneh bahkan cenderung kerdil dan picik.
Kedua ; KMP mengungkapkan kekecewaan (lanjutan) seolah sejak awal punya jasa besar memberi jalan lapang bagi Jokowi ! Hal ini sungguh unik bin aneh (lagi-lagi) ala KMP. Mencari muka kepada publik, seolah tidak punya 'dosa politik' di masa awal pemerintahan yang membuat energi pemerintahan Jokowi terkuras banyak hanya untuk mengurus 'rengekkan' dan 'sikap kanak-kanak' KMP yang gagal 'Move On' . Bahkan kala itu mereka tanpa malu membentuk Koalisi Permanen, seolah negara ini milik kelompok mereka. Sungguh sebuah upaya politis tanpa sikap kenegarawan.
Ketiga, kekecewaan KMP kini bermata dua, yakni memukul ulang pemerintahan Jokowi saat ini sekalian mereka ingin mendapatkan simpati publik dengan sikap 'kepedulian' terhadap kondisi pemerintahan Jokowi.
Analogi KMP di Lintasan Pemerintahan Jokowi
Sejak awal pemerintahan Jokowi diganggu para 'kelompok kalah perang' yang tak pernah dewasa oleh peperangan itu sendiri. Gangguan itu memakan energi dan waktu Jokowi sehingga sangat mengganggu pelaksanaan programnya. Jokowi yang tadinya ingin tancap gas jadi terhalang dan bahkan ada yang tertunda.
Kalau dianalogikan, Jokowi ingin berlari cepat namun saat bendera start dikibarkan ada tangan nakal lawan menarik-narik tangan dan kaosnya, bahkan melintangkan balok di lintasan lari. Tentu saja hal ini menyulitkan Jokowi mencapai target waktu. Uniknya para lawan yang menarik dan melintangkan balok tadi kemudian tiba-tiba berada di ujung lintasan Jokowi untuk memberi penilaian diskualifikasi ! Jadi, para lawan lari yang curang tadi itulah yang menjadi juri pertandingan.
Sikap Fair dan Kritis Publik
Melihat pernyataan kelompok-kelompok politik (KMP) yang 'menilai' Jokowi semoga tak menjadikan publik melupakan 'kisah masa lalu ' kelompok tersebut terhadap Pemerintahan Jokowi. Dengan demikian publik bisa lebih fair menilai 'kegagalan' pemerintahan Jokowi, dan kritis melihat manuver penilaian KMP terhadap kondisi negara saat ini.
Salam Pemberdayaan
Sumber bacaan ;
Satu ;
http://nasional.kompas.com/read/2015/07/03/22313221/Koalisi.Merah.Putih.Kecewa.Jokowi.Tak.Manfaatkan.Dukungan
Tiga ;
http://nasional.kompas.com/read/2015/07/03/14535471/PAN.Beri.Sinyal.Siap.Masuk.Kabinet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H