Secara yuridis abal-abal saya telah cuti menulis sebelum Kompasiana ganti wajah. Namun saat khusuk bersemedi di hutan realitas, datanglah Kompasiana Baru bergayut manja membuat pori-pori primitif saya terbuka.Â
Lupakan dulu 'Pamit' cuti itu. Toh....lidah tak bertulang. Tanpa buang waktu, langsung saja tancap meladeni godaan itu. Saya elus-elus, kilik-kilik, tekan dan gesek setiap fiturnya. Mencari sensasi isi yang sudah terpatri.
Saya selalu ingat bisikan setan ; "Tak boleh berkata kasar saat mencumbu Kompasiana Baru. Jangan gegara nila anda setitik, rusak susu sebesar belanga".
Sayang, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H