Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kompasiana Bagai Mega Mall Pembentuk Habitus Baru

6 Juni 2015   07:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Rumah baru Kompasiana ibarat mega mall. Menghadirkan citra kekinian. Menggoda rasa banyak orang untuk datang dan menikmati segala pajangan. Sebagian ada yang jualan, selebihnya hanya window shoping. 

Mereka bukan hanya berjual beli habis itu pulang. Melainkan berlama-lama di dalam untuk menjelajahi setiap lapak sembari menikmati kualitas ruang dengan riang gembira.

Citra modern, mewah dan bersih pada bangunan mempengaruhi perilaku pengguna ruang. Orang menjadi enggan atau malu membuang sampah sembarangan padahal bisa jadi orang tersebut di tempat lain terbiasa membuang sampah, meludah atau bahkan kencing sembarangan.

Orang masuk ke mall mewah akan malu bila berpakaian kumuh atau tidak rapi. Karena didalamnya sudah terbayang banyak orang yang berpakian rapi. Bukan hanya itu, cara berjalan dan berperilaku pun secara sadar atau tidak menyesuaikan dengan penampialan rapi. Malu kalau berlaku norak.

Secara tidak langsung, Mall telah mengubah perilaku pengguna di dalamnya. Kualitas bangunan dan ruang mengubah pengguna menjadi "lebih berkualitas". Dalam lingkup terbatas, Mall telah membentuk Habitus baru bagi penggunanya.

Demikian (harapannya) pada Mega Mall Kompasiana ini. Tampilan baru mampu menjadikan penjual..eh, penulis (kompasianer) menghasilkan artikel berkualitas. Demikian juga pembeli, eeh...para komenwan dan komenwati menjadi sopan berdialog. Tak lupa kaum window shoping (silent reader) berperilaku sopan. Kesemua itu  menghadirkan perilaku Sharing and Connecting yang berkualitas sesuai ruang mewah Kompasiana.

 

Kompasiana sebagai bangunan mega mall  baru tentu masih terdapat kekurangan, khsusunya pada jaringan utilitas dan detail arsitektur karena masih dikerjakan penyempurnaanya. Ini hanya masalah waktu.

 

Kenapa mega mall Kompasiana sudah buka sementara belum selesai 100 persen?

 

Tentu saja ini berkaitan dengan keinginan secepatnya bisa memberikan pelayanan berkualitas. Pekerja menyelesaikan finishing dan  pengunjung menikmati layanan sembari kedua pihak saling belajar memahami keberadaan ruang baru tersebut. Keduanya belajar tentang Habitus baru di mega mall Kompasiana.

 

Satu lagi....

Berbeda dengan ragam mall lainnya, di Kompasiana ini walau tempat parkirnya mewah tapi tidak dipungut biaya. Buktinya, saya lama tak hadir di Kompasiana, padahal kendaraan (Akun)  saya parkir lama di Kompasiana, ketika saya masuk, tinggal pencet.....Gratis! Kalau tak percaya boleh coba.

 

Salam pembaruan...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun