Antara profesi dan kesalahan (kejahatan) terjadi keterhubungan yang dipaksakan untuk mengejar sensasi berita penggugah haus batin masyarakat.
Tampilnya profesi atau status yang tak ada sangkut pautnya dengan kesalahan itu menjadikan berita lebih dahsyat sekaligus seksi . Apalagi bila mengandung unsur pidana.
Secara sadar atau tidak, publik dan media membentuk image tertentu pada suatu profesi, yang memuat tuntutan lebih luas di luar profesi itu sendiri. Seakan profesi itu mengikat dan melekat dimanapun, kapan pun dan dalam situasi apapun seseorang itu berada.
Seorang profesional dianggap tahu segalanya. Dia harus jadi teladan segala aspek kehidupan. Tidak boleh salah baik disengaja ataupun tidak. Ketika itu 'terpaksa' terjadi, maka profesi yang telah jadi label status sosial tadi menghantam balik bagai palu godam raksasa. Bukan pribadinya saja yang terkena tapi juga para kolega seprofesi.
Melihat realitas seperti itu dalam masyarakat, sejatinya kita (para profesional) memang harus hati-hati dalam bertindak dan berperilaku. Jangan sampai melakukan blunder dalam kehidupan bermasyarakat. Profesi tertentu yang tadinya bikin bangga bisa mendadak jadi alat penghatam diri kita.
Hadeeuh !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H