Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Akhirnya “Si Doel“ Rano Karno Diseret Ratu Atut

4 April 2014   12:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:06 4817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
-Ilustrasi, Rano Karno (KOMPAS.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Nama Rano Karno disebut oleh salah satu staf keuangan PT Bali Pasific telah menerima transfer uang sekitar 1,2 M dari salah satu perusahaan milik Wawan tersebut. (KOMPAS.com)"][/caption]

Persidangan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah masih berjalan. Bukti-bukti persidangan makin banyak diungkapkan. Para saksi pun dihadirkan untuk memperjelas bukti yang berkaitan dengannya.

Saksi penting yang sering tampil pada kasus-kasus korupsi berskala besar adalah para staf yang mengurusi keuangan si koruptor, baik sebagai bendahara ataupun kasir. Dalam menjalankan tugasnya itu, seringkali mereka tidak tahu menahu untuk apa uang uang itu dikeluarkan atau dikirim kepada orang tertentu yang diperintahkan boss nya. Ini bisa dimaklumi karena tugas mereka hanya mengelola managemen pembukuan keuangan perusahaan atau si boss tadi.

Pada kasus Ratu Atut, kali ini Yayah Rodiah, selaku staf keuangan di PT Bali Pasific Pragama, perusahaan milik Tubagus Chaeri Wardana atau Wawan, mengaku pernah mentransfer uang kepada Wakil Gubernur Banten Rano Karno sekitar Rp 1,2 miliar. Dari kesaksiannya itu Yayah Rodiah mengatakann tidak mengetahui pasti untuk apa uang itu ditransfer kepada Rano Karno. Lihat ini.

Kesaksian Yahya Rodiah ini cukup mengejutkan, mengingat bahwa selama ini dalam pemberitaan kasus korupsi Ratu Atut, Rano Karno selaku orang dekatnya dalam tugas pemerintahan seperti tampak tak terkait dengan sepakterjang Ratu Atut berkorupsi-ria.

Sosok Rano Karno sebelumnya adalah seorang selebritis yang jauh lebih dahulu terkenal sebelum Ratu Atut kini mengejar keterkenalannya tersebut. Namun konteks seleb Rano Karno dahulu sudah berbeda dengan kini. Dulu dia seorang selebritis panggung hiburan, kini menjadi politikus, tentu keduanya memiliki dinamika yang tidak sama.Namun tak dapat dipungkiri, walau Rano Karno sudah menjadi politisi dengan menjabat Wakil Gubernur, sebagian besar masyarakat masih melihatnya sebagai seorang selebritis dunia hiburan daripada politisi.

Secara logika sederhana, sebagai orang dekat, yakni sebagai wakil gubernur, sulit diterima akal bila Rano Karno tidak mengetahui sama sekali sepak terjang sang gubernur selama bertahun-tahun menjalankan pemerintahan dan pembangunan daerah, termasuk kemungkinan hal-hal yang kiranya bertentangan dengan undang-undang.

Andai seorang wakil gubernur memang tidak dilibatkan langsung dalam mengurus pembagian kue proyek pembangunan, apakah Ratu Atut tega untuk tidak berbagi sedikit terhadap pasangan kerjanya demi kestabilan dan kenyamanan suasana santapan di meja makan proyek?

Dilihat dari kesaksian Yayah Rodiah, yang mengirim uang dan tidak tahu untuk apa uang itu digunakan, tentu saja menjadi pertanyaan besar bagi kita semua.Uang tersebut - yang nota-bene adalah uang “pribadi” Atut-Wawan - jumlahnya tidak sedikit.Kalau itu untuk digunakan Rano Karno dalam kapasitas sebagai operasional wakil gubernur rasanya tidak mungkin, karena untuk keperluan tersebut sudah ada anggaran resmi yang dikeluarkan pemerintah melalui APBD.Apalagi uang tersebut ditujukan kepada nama pribadi Rano Karno, bukan sekretariat daerah (kantor gubernur).

Melihat dari cara pemberian tersebut, apakah Ratu Atut bermaksud berbagi rezeki kue proyeknya dengan maksud untuk menjaga kestabilan suasana santapan makannya selama menjabat orang nomor satu di Banten?Mengingat kebiasaan umum selama ini bahwa untuk suatu kegiatan berkorupsi ria, secangggih dan sekuat apapun ketokohan pelakunya, seringkali dia tidak sendirian menikmatinya. Selalu ada orang-orang dekat yang dilibatkan untuk turut menikmatinya. Ini dilakukan sebagai mekanisme kontrol sekelilingnya dalam menjaga kenyamanan santap makan tadi.

Semoga saja kesaksian Yayah Rodiah tersebut di satu sisi bukan sesuatu yang buruk bagi nasib seorang Rano Karno, namun di sisi lain justru bisa ‘menambah’ ke-seleb-annya yang sempat tertinggal dari Ratu Atut. Sangat disayangkan bila hal itu terjadi yang akan menambah daftar preseden buruk seorang selebritis dunia panggung hiburan yang terjerembab di panggung dunia politik.

Persidangan kasus Atut memang sedang berjalan. Masih banyak lagi rahasia akan terungkap. Dan mungkin saja akan ada kejutan-kejutan baru, atau berupa temuan-temuan baru namun sudah bisa diduga secara pikiran awam.

Mari kita ikuti terus dan simak, sambil menikmati hiruk-pikuk menjelang pemilu yang sedang seru-serunya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun