Perhitungan cepat hasil pemilu menghadirkan empat besar partai pemenang pemilu, yakni PDIP, Golkar, Gerindra dan Demokrat. Walau perhitungan resmi dari KPU belum selesai, dapat dipastikan empat partai itulah yang nantinya tetap bertengger di urutan atas.
Ibarat suatu turnamen olahraga, maka keempat partai itulah yang menjadi semifinalis. Siapapun pemenangnya, keempat-empatnya akan mendapatkan medali walau dengan jenis yang berbeda. Pada saat pengumuman resmi KPU - sebagai wasit dan panitia - akan ditetapkan siapa peraih medali emas, perak dan perunggu sesungguhnya.
Setiap partai tersebut punya sejarah buruk yang melekat. Partai PDIP pernah dianggap gagal saat berkuasa, karena banyak kadernya yang terlibat korupsi serta kesalahan rezim yang ‘menjual’ BUMN kepada bangsa asing. Partai Golkar diidentikkan orde baru yang dianggap banyak menyengsarakan rakyat dan membungkam kebebasan berdemokrasi di era Soeharto.Sementara partai si bungsu Gerindra, walau tak terdengar kasus korupsi dan memang belum pernah berkuasa, sosok ketuanya yakni Prabowo identik dengan kasus kerusuhan Mei 1998 yang menjadi sebuah pengalaman trumatik politik kontemporer negara ini. Sedangkan Demokrat yang detik ini masih berkuasa ; kasus-kasus mega korupsi para elitnya sekarang masih bersliweran di depan mata rakyat, termasuklah beragam blunder politik sang ketua umum sekaligus presiden yang sering mengecewakan rakyat.
Walau tak lepas dari sisi buruk partai, sangat menarik menyimak bahwasebagian rakyat Indonesia masih mempercayakan keempat partai itu untuk menjadi semifinalis pemimpin bangsa ini. Magnet apa dari keempat partai tersebutyang menarik bagi sebagian rakyat Indonesia?
Melihat dari sisi ideologi, keempat partai ini relatif mirip, yakni ; mengutamakan kebangsaan.Platform kebangsaan bukan hanya sebuah janji baru saat akan meraih suara rakyat, namun telah menjadi bagian dari dinamika internal partai itu sendiri sejak awal berdiri. Para kader partai didalamnya merupakan orang-orang dari berbagai suku, bangsa/ras, agama dan wilayah di Indonesia. Muatan partai yang sangat majemuk ini sangat menonjol, dan menjadi lokomotif menjalankan kebijakan partai dan saat melaksanakan pemerintahan yang berjalan.
Bila dilihat persentase perolehan suara keempatnya, maka akan didapat nominal sebagai berikut ; PDIP 19-an persen, Golkar 15-an persen, Gerindra 11-an persen dan Demokrat 9-an persen. Sehingga bila dijumlahkan total akan menjadi 54-an persen suara. Angka ini berarti bahwa separuh bangsa Indonesia masih mengutamakan aspek kebangsaan Indonesia dalam mengaruhi kehidupan bernegara. Angka tersebut baru dari para semifinalis. Jadi belum dari partai diluar semifinalis yang memiliki platform dan dinamika internal sejenis, seperti; Nasdem, Hanura dan PKPI.
Isu perpecahan dan disintegrasi bangsa Indonesia yang sempat mengemuka akibat beragam permasalahan dan ketidakpuasan rakyat kepada pemerintahan yang sedang berjalan dapat dibantahkan setelah melihat hasil pemilu sekarang ini. Rakyat Indonesia yang sangat majemuk dengan aspek geografis terpencar dari Sabang hingga Marauke masih menginginkan Ke-Indonesia-an yang kokoh.Aspek sektarian yang turut nimbrung memicu isu-isuperpecahan pun dapat dimentahkan kembali.
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana manusia-manusia di keempat partai semifinalis tersebut tetap sungguh-sungguh menyadari bahwa mereka adalah pembawa Harapan Kebangsaan rakyat Indonesia. Jangan sampai meraka mengabaikannya karena ‘berkelahi’ berebut medali tertinggi. Walau sekali lagi, urutan peraih medali itu sudah dapat kita perkirakan sejak sekarang.
Sebagai semifinalis, kalah atau menang diantara keempat partai itu, yang dilantunkan saat pengalungan medali emas, perak dan perunggu tetaplahlagu Indonesia Raya.
Tentunya kita sebagai rakyat Indonesia yang mengingin tetap kokohnya rasa kebangsaan Indonesia harus optimis menatap pemerintahan baru yang nantinya terbentuk. Karena modal kebangsaan inilah kunci dasar kalau tetap ingin survive dan dihargai sebagai sebuah negara besar dalam kancah persaingan dunia.
Menilik adigium “Suara Rakyat adalah Suara Tuhan” dan “Tuhan Tidak Pernah Tidur”, maka kita sebagai tuhan dikeduniawian berbangsa dan bernegara tentunya tak boleh tidur. Apalagi para wakil kita yang terpilih di parlemen. Kalau sampai mereka masih doyan tidur, maka tuhan rakyat akan bersuara : Woiiii, banguunnn! Sambil menjewer telinganya.
Ucapan selamat kepada semifinalis, semoga nantinya tidaktidur saat sidang. Ingatlah bahwa tuhan rakyat tidak pernah tidur.
Salam Kebangsaan.
Baca juga seri:
http://politik.kompasiana.com/2014/04/07/misteri-kotak-suara-pml-904-647306.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H