Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Beda Tulisan Satire dengan Menghina di Kompasiana

1 Juni 2014   18:32 Diperbarui: 4 April 2017   16:33 6644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_326775" align="aligncenter" width="600" caption="gambar : http://reenied.wpengine.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2012/11/Bill-Clinton.jpg"][/caption]

Pada suatu kesempatan saya ngobrol dengan kawan lama. Ternyata dia sering membaca tulisan saya di Kompasiana. Dia menanyakan kenapa beberapa tulisan saya cenderung menghina seseorang atau kelompok tertentu. Saya kaget juga dengan pertanyaannya itu. Kemudian saya beri penjelasan bahwa itu hanyalah sebuah sindiran atau Satire, tapi dia tetap beranggapan bahwa tulisan saya itu adalah penghinaan.

Dari pembicaraan itu membuat saya berpikir lama. Jauh dari lubuk hati, saya tidak ingin menghina seseorang atau kelompok. Karena sebangsat-bangsatnya saya sebagai manusia, saya tidak suka menghina orang lain. Kalau pun dongkol terhadap sesuatu, lebih baik menerima hal itu dengan tabah dan penuh penghiburan yang layak. Sekeparat-keparatnya sebagai Kompasianer, hati saya masih selembut salju. Tentu saya berpikir keras dari yang tadinya 125 Milyar saya tingkatkan menjadi 2,5 trilyun kali untuk melakukan tindakan bodoh penghinaan. Jumlah itu sudah termasuk untuk fee dan margin kebodohan saya.

Beberapa tulisan memang berupa sebuah sindiran dengan maksud ‘menampar’ pemikiran pembaca tulisan saya agar melihat sisi lain secara lebih kritis, liar namun argumentatif tentang sesuatu hal. Tulisan satire itu sekaligus sebuah hiburan yang menyegarkan.

Karena pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terakhir saya terima saat SMA, dan itu sudah berlalu sekian ratus tahun yang lalu sehingga saya lupa defenisi dan pengertiannya. Untuk me-refresh hal itu saya coba datang ke mbah google dengan persiapan uang pelicin secukupnya. Dari situ saya tampilkan dan bandingkan antara Satire dengan Penghinaan berdasarkan defenisi dari KBBI dan wikipedia.org.

Perlu saya jelaskan sebelumnya bahwa kedua sumber itu hanya sebagai alat pemahaman kata secara umum dan sederhana. Pada ranah akademis yang serius, sumber wikipedia sangat tidak disarankan untuk jadi landasan teori.

Satire adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme dan parodi. Istilah ini berasal dari frasa bahasa latin; satira atau satura (campuran makanan). Pengertian ini sumbernya dari wikipedia.org.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, satire adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan seindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Sedangkan arti kata menghina adalah merendahkan, memandang rendah, memburukkan nama baik orang, menyinggung perasaan (seperti memaki-maki, menistakan).

Lebih seronok lagi pengertian dari wikipedia.org, penghinaan dipersamakan dengan ucapan kebencian (hate speech) yakni tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dengan bentuk provokasi, hasutan ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain dalam berbagai aspek seperti ras, warna kulit, etnis, gender, cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan agama dan lain-lain.

[caption id="attachment_326776" align="aligncenter" width="360" caption="gambar :http://images.huffingtonpost.com/2008-07-16-sados1.jpg"]

1401597432509553432
1401597432509553432
[/caption]

Contoh kasus hate speech di Indonesia adalah kasus ketika Luna Maya memaki infotainment lewat twitter akhir tahun 2009. Kalimat yang diucapkan Luna Maya pada saat itu adalah, “Jadi bingung kenapa manusia sekarang lebih kaya setan dibandingkan dengan setannya sendiri...apa yang disebut manusia udah jadi setan semua??”; “Infotement derajatnya lbh HINA daripada PELACUR, PEMBUNUH!!!! May your soul burn in hell!!” Peristiwa ini diduga ketika Luna menghadiri acara premier film “Sang Pemimpi” yang berlokasi di EX Plaza, tanggal 15 Desember malam hari. Pada saat itu, Luna sedang menggendong anak kandung dari Ariel. Luna maya akhirnya dituntut oleh pihak PWI (Persatuan wartawan Indonesia)

Selain itu ada contoh kasus lain, yaitu kasus Prita yang dituduh mencemarkan nama baik RS Omni Internasional lewat e-mail dan situs dengan judul "Penipuan OMNI Internasional Hospital Alam Sutera Tangerang", yang kemudian disebarluaskan ke berbagai alamat e-mail. Prita akhirnya dituntut oleh rumah sakit tersebut.

Kalau dilihat dari dua contoh kasus terebut jelas bahwa ada satu labeling tertentu yang dialamatkan kepada pihak lain yang dihina tersebut, misalnya dengan kata Pelacur, Pembunuh, Penipu. Walaupun ada yang mendasari pernyataan itu namun hal itu mengandung unsur fitnah tertulis (libel) dan fitnah lisan (slander).

Dari penjelasan dan contoh tersebut, saya kembali membandingkan tulisan-tulisan saya. Sepintas, memang cukup sulit membedakan Menghina dengan Menyindir, apalagi orang atau pihak yang dituju sama-sama dibuat tidak nyaman dengan tingkat yang berbeda. Ngeri-ngeri sedap jadinya. Yang jelas tulisan saya tidak ada yang memberi cap atau label tertentu secara negatif kepada pihak yang disindir. Jadi saya pikir, tulisan saya masih belum masuk kategori menghina.

Dalam membuat tulisan satire (sindiran) saya lebih cenderung mengikuti apa yang terjadi sesuai konteks aslinya, hanya kemudian dalam penjelasannya saya berikan muatan sebuah logika lain (logika kocar-kacir atau logika jungkir-balik) sehingga saya tidak keluar dari form issue tertulis yang pernah sampaikan oleh sumber resmi.

Demikianlah penjelasan singkat saya ini yang memang masih kurang detail, silahkan anda beri penjelasan tambahan yang lebih moncer.

Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang merasa ini bermanfaat. Bagi pembaca yang merasa ini tidak bermanfaat saya tidak akan mengatakan anda Bodoh ! atau Goblok! atau Dungu! Sekali lagi, saya tidak akan beri libel demikian, karena itu sangat menghina anda. Kalau pun benar anda Bodoh, Goblok, Dungu, tentu saja saya tak berani mengungkapkannya di ranah publik. Itu akan merendahkan anda dan saya. Dalam hal ini, sayalah yang Goblok! Bodoh! Dungu!

Haddeuuhh, saya telah menghina diri saya sendiri. Kepada siapa saya akan menuntut? Masak menuntut diri sendiri? Itu namanya Goblok kuadrat!...Paham?

Baca juga satire disini, ini dan itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun