[caption id="attachment_328244" align="aligncenter" width="539" caption="gambar : http://cdn.kaskus.com/images/2014/05/24/6147704_201405240424030128.png"][/caption]
Tadinya saya berharap banyak pada debat capres malam itu. Ingin melihat pertarungan besar dua pasang tokoh penting negeri ini. Menikmati manuver rahasia mereka serta trik-trik jitu mengelak serangan lawan sebagai bukti kepiawaian politikus ulung. Dan menjadi saksi raut wajah si kalah dan si menang. Tapi semua itu tak saya dapatkan.
Herannya, tatapan mata tak mau lepas dari layar televisi, takut kehilangan setiap momentum. Bahkan untuk ke toilet pun saya siasati saat jeda iklan.
Semula saya ingin ada pertarungan seru dari keduanya, tapi kemudian berubah total. Karena yang saksikan adalah tontonan lebih menarik dari itu. Kedua kubu tidak sedang bertarung, tapi berkolaborasi membuat kerangka manual book kebangsaan. Mereka tampil bukan untuk berkelahi tetapi saling melengkapi, membuka mata kita semua tentang sebagian permasalahan negeri ini, beserta konsep pemecahannya. Itulah substansi mencolok Debat Capres malam itu.
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK memang berbeda gaya, gestur, dan juga berbeda kubu. Namun keduanya punya satu konsep besar untuk tujuan yang sama.
[caption id="attachment_328245" align="aligncenter" width="497" caption="gambar; http://cdn0.production.liputan6.com/medias/679072/big/jokowi-JK-prabowo-Hatta.jpg"]
Prabowo tampil mencitrakan seorang pemimpin dan motivator yang memiliki visi. Dia gelar konsep nasionalisme dan kemandirian pangan serta energi untuk membentuk dasar demokratisasi yang sehat. Dia paham betul negara ini kaya. Adanya kesadaran akan realita kekayaan itu tak tersentuh rakyat karena buruknya sistem yang berjalan. Masih bernada retorika dan spirit heroisme lantang, dia ajak komponen bangsa untuk membenahi semua itu.
Jokowi tampil mencitrakan pekerja yang mengetahui detil permasalahan dan treatmen pemecahan. Dia gelar benang kusut realitas sebagian persoalan rakyat, dan dia berikan cara mengurai benang itu untuk digulung dan dijadikan sesuatu. Dia paham betul apa yang harus dikerjakan untuk kemudian jadi dasar demokratisasi yang sehat. Tak ada retorika dan heroisme lantang selain tutur kata datar dan contoh bagaimana bekerja yang baik.
Unggulkah Prabowo dari Jokowi? Tidak ! Menangkah Prabowo atas Jokowi? Tidak. Debat leg pertama ini tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan moderator, melainkan lebih menampilkan sosok unggul kepribadian pemimpin. Keduanya tidak ada yang kalah, karena Prabowo dan Jokowi saling memenangkan kubu lawan. Mereka tampil di panggung untuk saling melengkapi.
Keempat sosok manusia itu tidak sedang bertarung diatas panggung, tidak juga sedang menghibur rakyat. Karena mereka sadar, rakyat tak perlu pertarungan dan tak butuh hiburan-yang bila selesai tayangkembali tertidur lelap.
Mereka berempat tampil untuk berkolaborasi sebagai manusia unggul yang berbagi kepada seluruh rakyat Indonesia. Mereka ingin memberikan keunggulan itu untuk bisa dimiliki semua komponen bangsa.
Dengan menjadi manusia unggul, rakyat tak perlu lagi saling menghujat karena ketidaksamaan pandangan, keberbedaan setting sara dan lain sebagainya. Kedua kubu itu sepakat, kebhinekaan adalah realitas bangsa dan kesatuan adalah mutlak milik bersama.
Dari pribadi unggul itulah akan menjadi lahan subur tumbuhnya pohon demokratisasi sehat dan kokoh sekaligus meneduhkan. Tidak seperti yang terjadi pada arus bawah sekarang ini, rakyat rapuh oleh banyaknya tuyul, pencuri, penghasut dan kaum sesat pikir yang berdiam di bawah pohon demokratisasi kita yang jadi rapuh dan keropos.
Untuk penampilan kolaborasi Prabowo-Jokowi malam itu, kalau saya : Yes ! Mungkin begitu juga mas Dani dan Agnes Monica. Kalau Anda sendiri, bagaimana ?
Salam Damai Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H