Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rekonsiliasi Nasional dan Damai sebagai THR Terindah

22 Juli 2014   19:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:34 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_334691" align="aligncenter" width="900" caption="http://4.bp.blogspot.com/-xEjcZK9FaHU/Up8op-2w8JI/AAAAAAAASTE/qw02rivMRTo/s1600/desa+%284%29.jpg"][/caption]

Berbagai tahapan pilpres kemarin banyak meninggalkan bekas luka batin. Gempuran serangan dan pembelaan kelompok menjadi menu baku  yang memisahkan rasa persaudaraan, rasa kebersamaan dan rasa memiliki bangsa. Tidak adanya kesamaan tingkatan kedewasaan berdemokrasi menjadikan suhu kehidupan masyarakat menjadi panas, terbelah dan menyimpan bongkah-bongkah bara dendamyang tersebar di setiap kelompok pendukung.

Setiap bongkah seperti melihat juru selamat masa depan bangsa hanya pada diri satu tokoh pilihan kita, yang harus dibela dan diperjuangkan, apapun dan bagaimanapun caranya.

Kita seperti lupa pada sejarah kebersamaan saat membentuk republik ini. Kita seperti mengabaikan nilai-nilai luhur bangsa yang tertanam di alam pikiran sehat. Kita lupa pelajaran sekolah yang diberikan ibu/bapak guru kala sekolah dasar tentang kebersamaan, kebhinekaan, tentang para pejuang tak berbaju bagus dari seluruh negeri yang bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan ini.

Pilpres ini telah menjadikan kita seperti manusia dewasa secara fisik yang lupa masa kecil yang polos penuh keceriaa. Manusia dewasa yang sombong dengan kedewasaan namun kopong akan jiwa-jiwa ksatria. Kita larut dan tersesaat dalam kotak-kotak ambisi sekelompok elit yang terbiaskan oleh pancaran mass media, kata-kata bersayap, dan agenda-agenda tersembunyi yang seringkali-sebenarnya-tak kita pahami sepenuhnya.

Bias inilah yang menghantam setiap sudut ruang kebersamaan kita kaum awam yang haus akan kesejahteraan. Padahal kesejahteraan itu bukan milik mereka saja tapi milik kita yang sejatinya harus diperjuangkan dalam kebersamaan. Bias itu telah membuat silau dan buta, membuat nanar lensa mata hati, bikin memar jiwa luhur dan membuat tubuh kebersamaan sempoyongan.

[caption id="attachment_334692" align="aligncenter" width="681" caption="http://2.bp.blogspot.com/-WohIARA2eQQ/TV5ZRAid25I/AAAAAAAAAJw/Dbut5n3pgbA/s1600/kedamaian.jpg"]

14060077701702279478
14060077701702279478
[/caption]

Sampai kapan ini akan kita jalani sedangkan pemimpin baru, siapapun itu, suka atau tidak suka telah menjadi takdir sejarah bangsa?

Kalau kita mau kembali sejenak ke masa kecil yang polos dan ceria, mengingat kembali cerita sejarah bapak/ibu guru tentang sejarah bangsa ini terbangun dengan sentuhan hati hingga negara ini menjadi besar seperti sekarang ini, adakah hati kita terketuk untuk merunduk sejenak dan mencoba meraih kembali tangan-tangan saudara-teman-kolega yang tadinya terlepas?

Siapapun pemimpin kita kini, kedamain harus ‘move on’, bergerak makin maju penuh keceriaan. Karena itulah sebenarnya modal menuju kesejahteraan bersama. Kebersamaan itu lah juru selamat sesungguhnya. Bukan semata pemimpin baru. Percuma si pemimpin itu ada, sepiawainya dia, sesaktinya dia, sekuatnya dia berdiri di singgsana bila di ruang bersama tak lebih kumpulan bonkah-bongkah bara, yang sewaktu-waktu menghanguskan diri di perjalanan lima tahun kedepan.

[caption id="attachment_334693" align="aligncenter" width="681" caption="http://iwanzarghifar.files.wordpress.com/2013/01/cropped-damaiituindah2.jpg"]

1406007847644926651
1406007847644926651
[/caption]

Pilpres sejatinya adalah Hari Raya Kebangsaan raya menuju surga kesejahteraan kini dan masa depan.Hari raya milik semua suku bangsa anak negeri ini. Milik kita dan anak cucu kelak. Dan kalau kita mau kembali bergandengan tangan, memadamkan bongkah-bokah bara dendam, mengobati luka batin dan menutup lobang iblis perpecahan, maka : merajut kembali kebersamaan dalam rekonsiliasi nasional dan kedamaian hati adalah THR terindah di hari raya ini.

Selamat hari raya kebangsaaan anak negeri. Damai di hati dan dibumi Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun