http://ubai-dresani.blog.ugm.ac.id/files/2012/03/anak-menulis1.jpg
Tadinya saya tidak terlalu tertarik membacanya, tapi seperti ada bisikan dari Dewa Aksara supaya saya mengintip. Atas jaminan Dewa Aksara bahwa saya tidak akan dituntut UU ITE dan dijauhkan dari virus bintiliscus-penyebab bintilan, maka saya intip terus sejumlah artikel yang meluncur itu. Diam-diam ternyata mengintip itu nikmat juga. Kenapa? Ah, itu rahasia saya bersama Dewa Aksara. Heu..heu..heu..
Beberapa waktu belakangan ini banyak melucur artikel ‘Pendidikan Masa Kini’ atau sejenisnya. Sebagian pembaca Kompasiana mungkin sudah memaklumi bahwa artikel tersebut dalam rangka tugas kuliah si penulis, walau ada juga karena memang ingin menjadi penulis Kompasiana. Semua itu sah-sah saja.
Bagi Kompasianer kawakan sampai paragraf ini boleh meninggalkan artikel ini, karena selanjutnya saya sedikit serius mengulasnya yang mungkin bikin anda bosan. Ingat pepatah : Karena bosan setitik rusak susu sepasang ! Monggo...silahkan berhenti dan ganti lapak ke artikel lain. Jangan lupa arah pintu keluar dan hati-hati dijalan.
Pembaca Kompasiana yang budiman dan pakdiman, saya melihat banyak artikel tersebut kurang greget dan tidak tepat menerapkan prinsip-prinsip mendasar penulisan artikel sehingga tidak nyaman dibaca. Saya bermaksud mengupasnya dan memberikan beberapa tips sederhana agar karya tulisannya bisa lebih baik.
Setelah mengamati sejumlah tulisan secara acak, rata-rata punya kesamaan masalah, yakni : judul, fokus masalah, pemilihan diksi, penulisan paragraf, dan kalimat tidak efektif.
Judul
Kebanyakan judul masih bersifat sangat umum, misalnya ; ‘Pendidikan Masa Kini’. Penggunaan ‘judul’ tersebut kurang tepat karena lingkupnya sangat luas. Lebih mirip sebuah tema daripada judul. Sebaiknya buatlah judul yang lebih fokus atau dipersempit lagi namun tetapdengan ‘roh’ (tema) pendidikan masa kini. Ambil saja satu masalah atau isu yang berhubungan dengan pendidikan masa kini, misalnya : “Pembelajaran Internet di Kelas Mahasiwa Baru”. Tentu masih banyak lagi isu-isu dalam pendidikan masa kini yang menarik dijadikan judul. Dari judul tersebut kemudian tentukan pokok-pokok pikiran yang ingin diangkat dalam artikel anda.
Paragraf
Seringkali penulis memuat banyak pokok pikiran dalam satu paragraf karena terlalu banyak yang ingin disampaikan dengan kalimat-kalimat setara sehingga menjadi tidak fokus, tidak runtut, tidak berkaitan dan bikin bingung pembaca. Harus diingat bahwa satu pragraf hanya memuat satu pokok pikiran yang menjiwai paragraf tersebut. Mulailah dengan kalimat utama dilanjutkan dengan anak-anak kalimat yang isinya menjelaskan dan punya hubungan dengan induk kalimat. Perhatikan penggunaan Subyek, Predikat dan Obyek dalam struktur kalimat yang digunakan.
Dalam satu paragraf kira-kita memuat lima kalimat saja. Setiap kalimat usahakan tidak terlalu panjang agar pembaca tidak lelah dan bosan. Disinilah diperlukan kemampuan memilih kalimat yang tepat untuk menjelaskan satu pokok pikiran atau paragraf.
Pemilihan diksi
Satu ‘masalah’ dalam paragaraf dapat dijelaskan dengan banyak pilihan kalimat. Inilah yang dimaksud dengan diksi. Pikirkanlah dan pilihlah diksi yang tepat agar kalimat anda mampu menjelaskan maksud atau pesan yang ingin disampaikan. Caranya adalah membentuk kalimat dari rangkaian kata yang mudah dipahami. Diksi juga berperan membentuk jiwa kalimat yang bisa menarik perhatian pembaca untuk terus membaca rangkaian kalimat dalam satu paragraf.
Kalimat efektif
Seringkali penulis menggunakan kata-kata yang tidak perlu atau berulang dalam suatu rangkaian kalimat dalam paragraf. Kata yang tidak perlu, misalnya : ‘seperti yang kita ketahui’...bla..bla....Kalimat tersebut hanya cocok digunakan secara lisan, bukan dalam tulisan. Fungsi tulisan anda adalah menjelaskan sesuatu, bukan menebak atau mengggeneralisir pengetahuan pembaca. Upayakan tidak ada kata-kata yang berulang dalam satu kalimat yang menyebabkan pengertian kalimat jadi rancu dan bikin pembaca bosan. Gunakanlah kalimat yang tidak terlalu panjang namun mampu memberikan satu informasi sesuai maksud yang ingin anda sampaikan.
Jenis tulisan
Perlu dipahami bahwa ada dua jenis tulisan yang memiliki kaidah penulisan berbeda, yakni artikel ilmiah dan artikel populer atau jurnalis. Artikel ilmiah lebih kaku dan menuntut penggunaan diksi sesuai bahasa Indonesia yang baku. Sementara artikel populer lebih feksibel, tidak perlu EYD banget, dan boleh sedikit genit. Pilihan diksi maupun kata-kata boleh dengan istilah sehari-hari, contohnya artikel-artikel yang ada di Kompasiana. Namun demikian, prinsip dasar keduanya tetap sama, yakni sesuai tips yang tertulis diatas. Dengan prinsip itu, sebuah tulisan tidak hanya milik si penulis namun juga menjadi milik pembaca.
Demikianlah beberapa tips dasar tentang menulis artikel. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H