Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mencapai Gelinjang Orgasme di Kompasiana

16 September 2014   12:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:33 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="539" caption="aufeminin.com"][/caption] Menulis artikel di Kompasina adalah sebuah kenikmatan, yang dalam faham gatokisme sebelas-duabelas dengan kenikmatan sex. Kok bisa begitu? Artikel ini akan menyingkap sedikit hal tersebut, dan ditujukan bagi anda yang menginginkan misteri gelinjang orgasme. Kalau dalam sex, orgasme dicapai dari aktifitas organ seksual dan otak. Tanda-tandanya ada bagian tertentu dari organ seksual yang berkedut-kedut. Heu..heu..sementara pada penulisan artikel disebut orgasme intelektual karena tercapainya kepuasaan intelektual atau pikiran. Tanda-tandanya banyak ragam sesuai karakter setiap orang, ada yang tersenyum sendiri di depan layar monitor, ada yang diam-diam meneteskan airmata haru karena tidak percaya tulisannya berhasil dibuat, ada yang justru cuek dan segera beres-beres dan pergi begitu saja, bahkan ada yang hanya bagian hidungnya saja berkedut-kedut. Untuk mencapai orgasme menulis ada banyak cara dan gaya yang bisa dilakukan. Selain itu juga dibutuhkan daya tahan yang cukup dan muka tebal yang oot. Kombinasi cara, gaya, daya tahan dan muka tebal menjadi syarat mendasar untuk melakukan aktifitas awal membuat tulisan. Cara dan gaya tergantung kepada setting minat dan bakat masing-masing penulis. Mana enak dan gampangnya saja untuk mengelaborasi letupan hasrat, ide dan imaginasi. Agar lebih kaya gaya disarankan untuk sering-sering melihat cara dan gaya para penulis lain dalam melakukan pencapaian orgasme menulis-nya. Walau kadang, belum tentu cocok bagi anda namun setidaknya bisa dijadikan acuan. Bukan untuk ditiru tapi sebagai pembanding sekaligus memacu keluarnya kelenjar gaya dan cara yang tersimpan dalam diri kita. [caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="www.esquire.co.id"]

www.esquire.co.id
www.esquire.co.id
[/caption] Daya tahan diperlukan dalam masa ingkubasi (uring-uringan) yakni proses menjinakkan dan mengendalikan letupan-letupan ide liar yang harus disusun dalam kalimat terstrukur agar mudah dimengerti. Bila daya tahan lemah bisa menyebabkan ide yang tadinya menempel dalam hasrat tidak akan jadi tulisan. Ide tinggallah ide, sementara hasrat pun layu sebelum berkembang. Disisi lain, imaginasi yang semula sebagai doping pun hilang entah kemana. Seringkali ide hanya berputar hanya di situ-situ saja sehingga bikin putus asa, kesal dan bahkan timbul penyakit mutungistis atau merajukistis menulis. Akhirnya karena bawaan emosi tinggi, draft tulisan pun ditinggalkan begitu saja sehingga menjadi dingin dan basi. Kalau sudah begitu jangan harap akan mencapai orgasme. Yang muncul justru uring-uringan yang tak berkesudahan. Rasain, lu! Muka tebal yang oot erat kaitannya dengan daya tahan. Dalam hal seksual muka tebal yang oot muncul saat momentum orgasme, yang merupakan ekspresi eksotis-alamiah. Namun dalam menulis, muka tebal yang oot justru harus terjadi pada proses membuat tulisan. Artinya jangan takut terlihat oot karena tulisan anda. Teruslah manjakan hasrat menulis sampai tulisan benar-benar tuntas. Dan ketika anda selesai, tetaplah pertahankan muka oot tersebut karena bisa jadi anda sendiri orgasme intelektual tapi pembaca tak mencapai kepuasaan apapun ! Pada situasi seperti itulah sesungguhnya eksistensi seorang penulis Kompasiana sejati diuji. Selamat mencapai orgasme. Salam sejahtera hanya untuk saya semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun