Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Antara Tayangan RCTI Pesta Raffi Ahmad dan TV One-Metro TV pada Musibah Air Asia

31 Desember 2014   06:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:08 4256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_362425" align="aligncenter" width="350" caption="gambar ; http://www.wowkeren.com/images/news/00056696.jpg"][/caption]


Setelah ditemukannya lokasi pesawat Air Asia di sekitar perairan Pangkalan Bun Kalimantan Tengah media televisi terutama berlomba-lomba menyiarkan setiap perkembangannya terutama TV One dan Metro TV. Pemirsa pun dapat mengikuti perkembangan pencarian dan evakuasi dari menit ke menit, dan berharap ada keajaiban penumpang selamat yang bisa muncul di sela-sela berita evakuasi.


Pada jam tayang yang relatif bersamaan hari Selasa sekitar pukul 19-an sampai 21-an di lain televisi yakni RCTI, menyiarkan secara langsung (live) acara unduh mantu pasangan Raffi Ahmad dan Nagita di kota Bandung.


Kedua tayangan masing-masing memiliki 'nilai' informasi dengan sifat yang berbeda. Tayangan RCTI bersifat sukacita dan penuh kegembiraan pesta bagi para pelaku kegiatan, termasuklah penonton yang memilih tayangan tersebut. Penanda yang terlihat adalah canda tawa dan senyum sumringah orang-orang dalam acara tersebut. Sedangkan tayangan pada TV One dan Metro TV bersifat duka cita, kesedihan mendalam bagi keluarga korban dan rasa empati para penonton yang menyaksikannya. Penanda yang terlihat adalah orang-orang yang berwajah muram penuh kesedihan, menangis, teriak histeris dan bahkan pingsan. Suasana kesedihan ruang pada sorotan kamera membuat penonton sulit berkata-kata dan turut laut dalam duka cita.


[caption id="attachment_362427" align="aligncenter" width="700" caption="gambar : http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/tangis-keluarga-airasia_20141228_123308.jpg"]

1419958767342625411
1419958767342625411
[/caption]


Kesedihan dan Sukacita kegembiraan adalah dua sisi yang jauh berbeda. Seperti dua kutup yang berjauhan dan saling berseberangan. Kedua sisi itu masing-masing menciptakan suasana batin yang berbeda bagi orang-orang yang menyaksikan.


Pada masyarakat tontonan masa kini sedih dan kegembiraan telah menjadi 'hiburan' dalam banalitas kehidupan mereka. Hal tersebut ditangkap media televisi sebagai 'sesuatu' yang bisa dijual. Maka lahirlah tayangan-tayangan live yang menguras emosi dan rasa-yang merupakan milik manusia yang paling mendasar. Logika-etika pun dikemas menjadi bagian ke sekian yang menyertai tayangan tersebut.


Bagi Media yang tadinya murni sebagai sumber informasi, adanya variabel Sedih atau Kegembiraan menjadi variabel penting yang bisa dieksplorasi dan dieksploitasi untuk dijual. Didalam tayangan kegembiraan ada iklan yang berbondong-bondong demikian juga pada tayangan duka.


Bahagia dan Duka kini bisa dikomodifikasi menjadi komoditas yang memberi profit karena disadari atau tidak permintaan pasar penonton cukup menjanjikan keuntungan. Pasar itu adalah masyarakat tontonan yang haus akan sensasi visual yang hidup dan visualitas sensasi. Bandingkan bila kedua tayangan itu hanya didengar di radio!


Pada titik itulah antara Bahagia dan Duka duduk sejajar, yakni pada panggung tontonan. Antara misi informasi dan suasana batin bahagia-duka yang berbeda secara ekstrim masing-masing menyatu di satu panggung berbeda namun saling berdekatan.


Bagaimana dengan etika?

Haruskah ketika di suatu tempat sedang berduka maka di tempat lain pun harus berduka? Ini pertanyaan sulit, dan akan mengundang perdebatan yang panjang. Ada banyak perspektif yang muncul untuk membela dan atau membantah.


Haruskah ada yang dipersalahkan ketika di kampung kita sedang berduka karena ada kematian warga sementara di saat yang bersamaan dikampung sebelah nun jauh di sana mengadakan pesta perkawinan warganya?

Kalau di jaman dahulu saat informasi terbatas mungkin hal tersebut tidak terasa. Tapi kemajuan teknologi media informasi masa kini telah mampu menghadirkan peristiwa dua kampung tersebut pada saat yang bersamaan pula ! Sungguh celaka ! bikin perasaan campur aduk, bukan?


Sejak awal Media televisi modern dibuat oleh kaum kapitalis sudah menetapkan segmen dan titik berat tayangan, ada yang 'spesialis' olahraga, berita, hiburan musik, hiburan sinetron, ilmu pengetahuan, petualangan dan bahkan religi !


Masing-masing media televisi membidik segmen pasar yang relatif berbeda dan sekaligus membangun loyalitas di segmen pasar tersebut. Dengan spesialisasi itu mereka masing-masing menjadi penjual produk tayangan yang khas dengan pasar yang khas pula. Seperti warung makan ; Ada warteg, ada warung padang, ada warung chinese food, ada warung pecel lele. Pemirsa yang lapar tinggal memilih mau ke warung apa sesuai selera saat itu.


Tadi Anda memilih berada di warung mana?


Terkait

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun