Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Usai Iklan Kocak Polri-Bambang, Kembalilah ke Tayangan Hasto-Samad

24 Januari 2015   22:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:26 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_365949" align="aligncenter" width="300" caption="Hasto Kristiyanto politikus PDIP dalam suatu adegan Samad. sumber http://www.aktual.co/images/lens/2015/01/22/64572614037b6e63547a0bc8ff3fe4a8_t.jpg"][/caption]

Lagi enak-enak merasakan sajian tabuhan gendang Hasto dan geliat tarian Abraham Samad tiba-tiba muncul iklan tak sedap Bambang 'diangkut paksa' oleh Kabareskrim. Tak pelak lagi mata, hati dan telinga pun dipaksa menikmati iklan singkat itu. Lumayan bikin kesal bercampur gemes-sugemes.


Bambang kini sudah keluar Bareskrim. Tak jadi ditahan dan bisa kembali lagi ke KPK sembari menjalani pemerikasaan terjadwal. Berarti iklan Bambang-Polri berlalu sejenak, menunggu tayang ulang di lain momentun adegan seronok.


Gendang Hasto sang Plt Sekjen PDI dan tarian Samad yang tadi 'terbengkalai' harusnya dilanjutkan. Karena belum tuntas dinikmati.


Sorot kamera, mikropon dan hentakan jari dikeyboard awak mainstream media sejatinya tak berhenti, haruslah kembali ke tayangan awal. Bahkan budak-budak Kompasianer pun tetap mengayuh dayungnya seiring nada hentakan awak media.


Gendang Hasto yang tertunda adalah tontonan edukasi yang bagus punya. Ada cerita panjang Abraham Samad yang terselip dibalik lipatan sejarah politik kontemporer negeri ini.


Rakyat yang tampak haus dan rakus sensasi ingin melihat akhir cerita. Apakah gendang Hasto itu adalah hasil ilusi dan imaginasi, atau justru memang dendang hati yang terhimpit pengalaman kelamnya di kampung politik lalu.


Sementara itu rakyat juga ingin melihat akhir cerita jagoan Abraham Samad, apakah tuntas menari indah pelipur lara, atau terjungkal di bibir panggung-tepat di hadapan Hasto yang tengah kerasukan bergendang !


Selamat melanjutkan tayangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun